Laman

Senin, 11 Juni 2012

Cinta dan Pernikahan: Sebuah Karangan Bunga



Bismillahirrahmanirrahim
Allahurabbana, jauhkan kami dari segala keburukan dan kejahatan makhlukMu, baik itu niat maupun perilaku.
Aamiin.
“Hal yang klasik dari cinta adalah ia akan terasa manakala ditinggalkan.”
- one of our brother
Cinta. Cinta. Cinta. Seringkali dijadikan bahasan yang tak pernah bosan untuk diperbincangkan. Meski seringkali ia buntu dalam definisi dan tak masuk logika memaknainya. Tapi, bukan berarti ia tak memiliki arti dan makna yang hakiki dan sejati; tentunya dari yang telah menghadirkan cinta itu sendiri, Yang Maha Memiliki.
Senja bagi kesendirian sepertinya telah mulai turun di Jakarta, begitu pula di kota-kota lainnya di penjuru Nusantara. Entah apakah ada korelasinya atau tidak, kami tidak pernah benar-benar tahu; tapi seiring dengan menjamurnya Janur di Gedung-gedung resepsi, diskusi-diskusi tentang cinta dan pernikahan seolah-olah tidak berhenti masuk ke meja redaksi kami.

Pedang Paling Tajam (Sebuah Renungan)



Orang-orang yang tidak menyukai Islam membuat tuduhan keji: Islam disebarkan dengan pedang! Islam identik dengan kekerasan! Mereka beralasan sejarah Islam banyak diwarnai dengan peperangan. Tetapi orang-orang itu menutup mata dan tidak mau tahu apa alasan dari berbagai peperangan itu.
Jika pun manusia menganggap Islam agama yang kejam tetapi mengapa:
  1. Satu milyar manusia saat ini memeluk dan meyakini agama Islam sebagai agama mereka. Saat ini dari setiap empat orang di bumi, salah satunya adalah Muslim.
  2. Islam menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya di seluruh dunia, tak terkecuali di Amerika dan Eropa. Bahkan banyak para mualaf yang berasal dari ilmuwan, pejabat dan golongan terhormat.

Ilmu Sanad, Warisan Ilmiah Umat Islam Paling Berharga


Umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan, beriman kepada Allah Swt. Hanya umat inilah yang berhak mendapatkan gelar seperti itu.Karena umat ini siang dan malam, tak mengenal lelah berusaha menjaga kemurnian agamanya dari penodaan musuh-musuhnya. Inilah menjadi salah satu bukti kebenaran Islam. Agama yang melekat dalam diri umat ini adalah agama yang haq, sehingga Allah memberkahi mereka dengan yang haq pula.
Salah satu warisan penting umat Islam, kalau tidak dikatakan yang terpenting, adalah sanad. Apa itu sanad? Sanad adalah mata rantai perawi. Misalnya dari si fulan dari si fulan dari si fulan hingga ke Rasulullah Saw. Dengan sanad inilah, Islam terjaga kemurniannya. Al-Qur’an memiliki sanad yang mutawatir. Artinya banyak sekali perawi yang meriwayatkannya, keterangan perawi yang satu membenarkan keterangan perawi yang lain dan semua perawi itu tidak mungkin bersepakat untuk berdusta. Dengan adanya sanad ini, umat Islam tidak seenaknya bicara, sulit untuk berdusta, memalsukan data dan fakta yang seharusnya, dan tidak tercemar oleh akhlak yang buruk. Ketika ada perkataan dusta, maka akan terlihat kedustaannya. Para ulama mempunyai mekanisme ilmiah sehingga mampu dengan mudah mengetahui kedustaan itu. Misalnya, meneliti siapa perawi tersebut; apakah akhlaknya baik, aqidahnya benar, ibadahnya shahih, ingatannya kuat, bukan ahli maksiat dan ahli bid’ah. Bila ada dua hadits yang saling bertolak belakang, maka kedua hadits tersebut harus dikonfrontir;pertama-tama harus diteliti sanadnya terlebih dahulu. Dalam hal ini berkembanglah ilmu jarh wat ta’dil (ilmu yang mengetahui ‘cacat’ tidaknya para perawi hadits)

Nembak!



“Assalamu’alaikum. Afwan, benarkah ini nomor ukh Reisha?” suara di seberang sana dengan khas yang tegas, tertangkap di telingaku.
“Wa’alaikumsalam, iya, ini… Ishan? Ada yang bisa Ana bantu?” jawabku penuh tanya heran.
“Na’am, benar ukh. Ini Ishan. Ana tidak menganggu kan? Afwan.”
“Tidak, tafadhol. Ada apa?” suaraku coba menegaskan.
“Mm… langsung saja ukh. Afwan, ee… Ana boleh mengajukan ta’aruf dengan anti, ukhti?” suara tegas itu dengan perlahan memberanikan diri, tepat pada inti pembicaraan nampaknya.
“…..” kagetku bukan main, hampir lepas rasanya hp Samsung yang kutempelkan di telinga kiriku. Seraya kemudian menangkupkan telapak tangan kanan tepat di bagian jantungku, dan berujar amat pelan ‘masya Allah…’.
“…ukh, afwan. Jika sekiranya Ana lancang. Tapi, mohon kejelasan dari anti menanggapi hajat Ana ini.” Kembali suara di seberang itu memecah keheningan, sementara degup ini semakin kencang kurasa.
“…a-afwan, tidakkah Antum mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan murabbi Antum?”tanyaku, meneliti.

Kita dan Jahiliyah Modern



Mungkin jahiliyah ialah kata terpopuler terkait riwayat hidup Nabi Muhammad SAW. Kata dalam Bahasa Arab ini menjadi titik tolak kiprah Sang Revolusioner Sejati dambaan semua manusia itu. Sejak kanak-kanak dahulu hingga kini kata tersebut seakan sudah mengendap di memori kebanyakan dari kita. Namun, tahukah kita hakikat kata tersebut?
Makna Jahiliyah
Pada dasarnya kata jahiliyah kerap kali dihubungkan dengan jahil, yang berarti bodoh atau kebodohan. Tentu jahiliyah yang dimaksud dalam Al-Qur’an dan hadits tak berhenti pada definisi ini. Sebagaimana kata “shalat” yang asalnya bermakna “doa”, kemudian memiliki definisi dalam konsep Islam sebagai berikut: “serangkaian ibadah kepada Allah berupa ucapan dan perbuatan yang tata caranya sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW”. Demikian pula banyak kata lain seperti zakat, iman, kufur, dan lain-lain.
Lalu, apa dan bagaimana sebenarnya karakteristik jahiliyah itu? Berikut beberapa pengertian jahiliyah yang dimaksud dalam terminologi Islam (dikutip dari www.alsofwah.or.id):

Falsafah Telur



Kebaikan bisa saja lahir dari keterpaksaan, meskipun akan lebih terasa nyaman jika kebaikan itu hadir bersama kesadaran. Dari sebutir telur kita bisa mengambil falsafah untuk menerjemahkan penggal kalimat di atas.
Di dalam telur tersimpan benih kehidupan, maka ia dilindungi cangkang yang keras. Jika sedikit saja cangkang retak atau pecah yang disebabkan faktor dari luar, akan membuat telur gagal menetas. Tidak ada kehidupan yang muncul. Sebaliknya jika cangkang itu pecah karena faktor dari dalam, karena memang waktunya menetas, akan melahirkan satu makhluk hidup baru yang siap berkembang.

Harmoni Hati dan Ilmu



“Orang yang benar butuh permulaan yang benar, permulaan yang benar butuh keikhlasan dan keikhlasan itu ada pada niatan yang suci, sementara kesucian niat ada pada hati yang bersih.” (kalam hikmah)
Ibarat orang yang berazam ingin ke Surabaya, tentu ia hanya akan sampai ke tujuan kalau sedari awal ia naik bus jurusan Surabaya. Apapun kalau yang ia pilih adalah bus jurusan Jakarta, tentu sampai kapan pun ia tak akan sampai ke tujuan.  Pohon mangga hanya akan tumbuh dari biji mangga, dan biji salak pastilah akan menumbuhkan pohon yang sama. Tidak akan mungkin pohon mangga membuahkan pohon salak, begitu pula sebaliknya.
Demikianlah saudaraku, sebuah kebenaran dalam bentuk apapun, hanya akan tumbuh dari biji kebenaran. Bagaimana mungkin pohon kebenaran bisa tumbuh berkembang dari sebuah biji bernama kesalahan.

Krisis Kehati-Hatian



Kehati-hatian adalah bagian dari agama” (Prof. Dr.Rachmat Syafi’i)
Hati-hati dalam bertindak dapat menjadi salah satu jalan keselamatan, bukan berarti rigid atau kaku. Namun kehati-hatian bagian dari kedewasaan berfikir dan kematangan pribadi yang menghantarkan seorang insan kepada kesiapan dan ketenteraman.
Alkisah, suatu hari seorang gubernur mengutus kurir menghadap raja untuk suatu urusan kenegaraan. Istri gubernur menitipkan bingkisan berupa permata untuk permaisuri raja. Setelah itu, sang kurir membawa bingkisan berupa kain sutra indah.
Melihat kiriman itu, gubernur langsung menyitanya dan dianggap sebagai milik Negara. Istrinya tak terima. Namun dijawab sang suami, “kalau bukan istri gubernur, tak mungkin kau menerima hadiah ini. Kau telah menggunakan kesempatan untuk memperkaya diri. Kurir yang kukirim tempo hari dalam rangka urusan Negara.”
“Tapi ini hadiah balasan pribadi dari permaisuri.” ujar sang istri.
“Benar, tapi urusan kirim mengirim ini telah menggunakan fasilitas Negara,” jawab gubernur.