Laman

Rabu, 21 Maret 2012

Dialog Uang dalam Kotak Amal


“Asyik… Asyik… aku masuk ke dalam kotak amal.” Goci berteriak senang.
Ia pun langsung berbaur dengan uang-uang lainnya, ada si Sebi (seribu), si Gopi (lima ratus), si Sepu (Sepuluh ribu), si Dopu (dua puluh ribu), si Limbu (lima puluh ribu) dan si Sertu (seratus ribu).
“Hai kawan-kawan. Senangnya bertemu dengan kalian di sini. Semoga kita bisa menjadi saksi dari orang-orang yang menaruh kita ke dalam kotak amal ini.” Goci menyapa semua uang di dalam kotak amal bening itu.
Semua uang tersenyum menyambut kedatangan si Goci.
Kotak amal bening yang berada di Masjid Akbar, senantiasa menjadi pemandangan umum para jamaah yang hilir mudik hendak melaksanakan shalat. Keberadaannya di depan pintu masjid sangat strategis, tidak jarang orang-orang dengan senangnya “menitipkan” uangnya ke dalam kotak amal. Tapi ada juga yang enggan atau pura-pura tidak melihat bahwa di depannya ada kotak amal.

Pedekate, Yuukk..!



Tak kenal, maka tak sayang. Begitu pepatah yang lekat dengan telinga penduduk Indonesia. Diakui atau tidak, memang ada benarnya juga makna pepatah itu. Umumnya rasa cinta bersemi manakala kita sudah melakukan “pedekate” dan interaksi dengan suatu hal. Namun, kali ini kita tidak akan mengupas seputar kecintaan kepada manusia. Ternyata ada kecintaan lain yang masih sering kita abaikan. Kecintaan kepada Al-Qur’an, itulah yang sama-sama coba kita refleksikan pada kesempatan ini.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian kaum Muslimin sibuk dengan Al-Qur’an hanya ketika Ramadhan tiba. Ramadhan berlalu, Al-Qur’an pun good bye. Kegiatan lain masih terlalu asyik bagi kita. Bukan begitu? Bukan hanya Anda, bahkan saya juga. So, mari mulai perbaiki lagi!

Jaga Aurat dari Maut



Suatu kali, seorang akhwat dengan senyum tak enak berkata, “Mo gimana lagi, ane sebelum pake jilbab udah tinggal sama ipar. Jadi nggak enak aja kalo sekarang dengan dia pake tutupan segala.”
Yang mendengar tentu langsung lemas. Masa’ ketika di luar, dari atas sampai bawah tertutup, giliran di rumah dibuka begitu saja.
Kejadian di atas adalah fakta yang penulis temui sekitar satu tahun lalu—mudah-mudahan akhwat tersebut kini berubah pikiran—dan kenangan itu kembali lagi setelah seorang siswi SMA menanyakan status iparnya pada penulis. Sebelumnya, seseorang juga pernah berkata, saudara ipar adalah mahram karena ikatan perkawinan. Hm, siapa bilang?

Selasa, 20 Maret 2012

Belajar dari Dora the Explorer



“Berhasil, Berhasil, Hore..!!” :D
Tentu telinga kita semua tidak asing dengan nada khas dari film anak-anak asal Spanyol, Dora the Explorer. Sebuah siaran yang menyajikan hiburan untuk anak-anak dengan konsep perjalanan menuju suatu tempat, di temani seekor monyet bernama boots dan di ikuti oleh musuh yang bernama Sweeper. Memang siaran ini di tujukan untuk anak-anak, bukan untuk remaja atau orang-orang tua. Namun, tidak ada salahnya kita mengambil hikmah dari film, sekalipun itu film Dora the Explorer.
Dalam setiap serialnya, Dora selalu memiliki kegiatan di tempat yang jauh. Setiap serial selalu menceritakan tentang perjalanan si Dora. Dora selalu melewati beberapa rintangan, seperti : hutan, jembatan rusak dan lain-lain. Dan menariknya, persiapan Dora selalu pas dengan segala apa yang akan di hadapinya ! Saat medan jalan membutuhkan tali, si ransel tersenyum lalu mengeluarkan tali. Saat medan jalan membutuhkan senter, ransel lagi-lagi tersenyum dan mengeluarkan senter. Selanjutnya, di tengah perjalanan Sweeper selalu akan menggoda Dora mengancam akan mengambil barang berharga yang di bawa Dora. Yah, walaupun usaha si Sweeper hampir selalu gagal di tiap episode, dia tetap selalu muncul di episode berikutnya.

Tidak Selalu Pintar, Tidak Selalu Benar



Belajar kelompok atau belajar bersama, hampir semua kita pernah melakukannya. Baik saat masih duduk di bangku SD, SMP, SLTA maupun ketika sudah berstatus mahasiswa. Begitu pun yang kini sering dilakukan putriku, Sabila. Bersama beberapa teman sekelasnya, ia belajar kelompok secara bergiliran. Menjelang ujian akhir nasional yang tinggal beberapa bulan, banyak tugas dan latihan yang harus mereka kerjakan. Ini yang mengawali obrolanku dengan Fulan, beberapa hari lalu, usai makan siang. Obrolan singkat yang menggugah kesadaran dan memberiku pelajaran.
“Belajar bersama memang banyak manfaat positifnya walau terkadang jadi ajang keributan.” Komentar Fulan.
“Keributan?” tanyaku, heran.

Jumat, 16 Maret 2012

Wanita-Wanita Luar Biasa



Namanya Ummu Haritsah. Ia mendengar anaknya meninggal dalam perang Badar terkena panah liar. Sebagai seorang ibu, tentu masih ada rasa kehilangan dalam dirinya. Namun ini adalah sosok ibu yang berbeda. Ibu dan wanita yang luar biasa.

Ummu Haritsah tak puas dengan hanya berita itu. Ia pun datang menghadap Rasulullah. Bukan untuk memastikan anaknya benar-benar telah mati. Tetapi untuk mendapatkan jawaban, apakah kematian anaknya itu tergolong syahid hingga membawanya ke surga, atau justru kematian yang mengantarkan ke neraka.

"Wahai Rasulullah," tanya Ummu Haritsah begitu berhasil menghadap Nabi, "di manakah posisi Haritsah? Jika di surga, maka saya ridha atas kematiannya. Namun jika di neraka saya akan meratapinya agar siksanya diringankan."

Hukum Melamar Perempuan yang Sudah Dilamar



Pada suatu hari, ada kejadian yang menyebutkan bahwa salah seorang ustadz yang juga tokoh masyarakat di ibu kota, didatangi oleh seorang pemuda dengan maksud untuk melamar anak perempuannya yang belum menikah, ustadz tersebut menjawab:  “Anak saya sudah ada yang melamar.”
Apakah jawaban tersebut menunjukkan bahwa seorang perempuan yang sudah dilamar oleh laki-laki, baik perempuan tersebut menerima, menolak, atau belum memberikan jawaban atas lamaran tersebut, pasti tidak boleh bagi laki-laki lain untuk melamarnya?

Hukum Arisan Menurut Islam



Akhir-akhir ini berkembang di tengah- tengah masyarakat macam-macam arisan, ada arisan motor, arisan haji, arisan gula, arisan semen dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya hukum arisan dalam Islam, karena ada sebagian kalangan yang mengharamkannya. Apakah semua bentuk arisan dibolehkan atau di dalamnya ada perinciannya?
Pengertian Arisan
Di dalam beberapa kamus disebutkan bahwa Arisan adalah pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama  oleh beberapa orang, lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, Wjs. Poerwadarminta, PN Balai Pustaka, 1976 hlm : 57 ).

Kamis, 15 Maret 2012

Banyak tapi Sedikit



Pada saat Hajjaj bin Yusuf sedang duduk menikmati kemegahan istananya, tiba-tiba didatangkan kepadanya seorang anak kecil. Ketika dia memasuki istana Hajjaj, dia tidak memedulikan keberadaan Hajjaj. Dia malah melihat-lihat kemegahan bangunan-bangunan istana yang begitu mengagumkan. Lalu, terjadi dialog: Hajjaj, “Wahai anak kecil, aku menilai bahwa kamu pandai dan cerdas, apakah kamu hafal Al-Qur’an?”
Anak kecil, “Aku takut Al-Qur’an tersia-siakan, karena itu aku menghafalkannya.” Hajjaj, ”Bacalah beberapa ayat Al-Qur’an.” Lalu, anak kecil itu membaca surat An-Nashr, mulai dari awal hingga selesai. Namun, pada bacaan ’Yadkhuluna fi Dinillahi Afwaja’, dia menggantinya dengan bacaan’Yakhruju min Dinillahi Afwaja’ (Mereka keluar dengan berbondong-bondong dari agama Allah).

5 Sebab Dosa Kecil Menjadi Besar



“Sesungguhnya,” kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, “Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ sahabat dan tabiin telah menunjukkan bahwa dosa itu ada dua. Ada dosa besar, ada dosa kecil.”

Dosa kecil sebenarnya bisa diampuni Allah dengan mudah melalui istighfar dan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Dosa kecil juga tidak mendapatkan ancaman khusus dan laknat Allah seperti halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah menjadi besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini.

5 sebab dosa kecil bisa berubah menjadi besar itu adalah :


1. Meremehkan dosa dan menganggapnya biasa saja
Ada orang-orang yang ketika melakukan dosa kecil ia menganggapnya sebagai hal yang biasa, terhapus dengan sendirinya atau tidak mempedulikannya. “Ah, ini mah dosa kecil.” “Biasa, yang beginian tak menyebabkan masuk neraka.” Dan komentar-komentar sejenisnya.



Keikhlasan, Saat Dirimu Merasa Tidak Lebih Baik daripada Orang Lain



Melakukan keikhlasan, tidaklah semudah mengatakannya. Sebagaimana pernah diakui oleh seorang ulama besar Sufyan ats-Tsauri, beliau berkata, “Tidak ada suatu perkara yang paling berat bagiku untuk aku obati daripada meluruskan niatku, karena niat itu bisa berubah-ubah terhadapku.”
Namun, bukan berarti ikhlas itu tidak dapat dilakukan, dan bukan berarti ikhlas tidak dapat diusahakan. Karena ikhlas adalah suatu ‘ilmu’. Ilmu di mana kita dapat mempelajarinya, dan terus mempelajarinya, sampai akhirnya kita benar-benar paham akan makna ikhlas. Ikhlas itu sendiri merupakan hal yang amat sakral, ia adalah perintah dan ia adalah syarat diterimanya suatu ibadah.

Antara Dia dan Kita


Lelaki renta itu,
dengan kehalusan hatinya ingin ber-Islam
menjadi sebab turunnya ayat.
‘Abasa watawalla', Rasul pun ditegur Allah karenanya.
seorang miskin lagi buta,
bukan berarti tak lebih utama
dari para pemuka negara

Jumat, 02 Maret 2012

Dua Penjual Sepatu



Ada dua orang sales marketing sepatu yang dikirim oleh dua perusahaan berbeda yang bersaing untuk memasarkan produk mereka di sebuah pedalaman. Setibanya di sana, dua sales ini tercengang karena penduduk asli pedalaman tersebut sama sekali tidak mengenal sepatu, mereka pergi ke mana-mana bertelanjang kaki. Sales dari perusahaan pertama langsung kehilangan harapan dan mengontak markas pusat. “Bos, pulangkan saja saya. Jualan sepatu di sini tidak akan laku, tidak satu orang pun mau memakai sepatu!” kata sales tersebut di ujung telepon.

Seribu Mawar untuk Mawar



Judul di atas di ambil berdasarkan salah satu iklan terbaru dari provider terkemuka di Indonesia. Mengisahkan, tentang cerita dua anak manusia berlainan jenis yang saling menyukai. Keduanya berada di kota yang berbeda. Sayangnya, ayah dari wanita itu tidak menyetujui hubungan keduanya, entah apa sebabnya. Tapi di cerita tersebut, sang ayah akan memberikan restu jika si pria mampu membawakan bunga mawar seribu buah kepada Mawar, nama wanita tersebut.