Laman

Sabtu, 07 April 2012

Janganlah Anda Merasa Orang Yang “Paling”



Sahabat sekalian, ada sebuah cerita. Seorang Professor berada dalam sebuah hutan belantara hanya berbekal pakaian di badan, kemudian di kejar serigala yang sangat ganas, lalu Professor yang cerdas itu berlari ke atas pohon dan berhasil menghindari gigitan serigala ganas itu untuk sementara waktu. Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar sang Professor bisa turun dengan selamat dari pohon tersebut, sedangkan serigala ganas itu terus berada di bawah pohon menunggu sang Professor turun. Apa jawabannya? Ternyata professor yang cerdas itu tidak tahu jawabannya. Walaupun ia seorang Professor.
Hikmah dari cerita fiksi ini ialah, bahwa sesungguhnya di atas langit masih ada langit, maksudnya walaupun orang yang dikejar ialah orang yang memiliki title yang sangat bergengsi Professor tapi ada batas-batas dimana ia bodoh dalam suatu hal dan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali meminta pertolongan kepada Allah.

Petani, Imam, dan Bulu Ayam



Ini adalah kisah lama yang selalu menyentuh hati ketika kita menyadari maknanya bahwa diri ini harus terus mengingat-Nya dalam berpikir, bersikap, maupun berbicara. Sisterku, Nurr, dalam sebuah milist “islam internasional” memulai dengan nasehat dari Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, "Membuang-buang waktu adalah Lebih buruk dari Kematian! Karena Kematian memisahkan kamu dari dunia ini, sedangkan membuang-buang waktu (menyia-nyiakan waktu) telah memisahkan kamu dari Allah”, naudzubillahi minzaliik…
Ada kisah dari sebuah negeri tentang Abdul, seorang petani yang pernah tanpa pikir panjang menyebarkan cerita gossipalias memfitnah temannya. Tapi kemudian rumor itu memang tidak benar dan Abdul berharap dapat menebus kesalahannya untuk menyembuhkan “luka panas hati akibat api yang telah dioleskan pada reputasi temannya tersebut”.
Ia mencari nasehat dari seorang Imam, seorang yang religius, terhormat dan bijaksana di kampung itu, Imam pun mendengarkan penyesalan Abdul dengan seksama.

Hidupkan Hati, Bangun Peradaban



Mari kita merenung sejenak, bagaimana perasaan kita ketika melihat tanah gersang tanpa tanaman? Mungkin hati akan bergetar dan bertanya, siapa pemilik tanah tersebut? Mengapa tanah itu dibiarkan kering dan mati? Semua orang ketika melihat tanah seperti itu umumnya merasa tidak nyaman. Boleh jadi akan muncul keinginan untuk menghidupkan tanah tersebut dengan cara menanaminya hingga tampak hijau. Keinginan tersebut merupakan fitrah Rabbaniyah yang ada dalam setiap manusia.
Fitrah tersebut, misalnya, bisa dilihat dari menggeloranya gerakan “Go Green”, sebuah gerakan yang mengajak setiap manusia untuk menanam pohon demi kelestarian bumi. Gerakan ini mendapat sambutan luar biasa dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyambutnya karena memang gerakan itu sesuai dengan dorongan hati mereka.

10 Golongan yang Tidak Masuk Surga



Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’, al-jayyuf, al-qattat, ad-daibub, ad-dayyus, shahibul arthabah, shahibul qubah, al-’utul, az-zanim, dan al-’aq li walidaih.