Laman

Selasa, 29 November 2011

Seks, Remaja dan Batas-batas Pergaulan





Kasus-kasus penyimpangan masalah seks, khususnya yang dilakukan para remaja dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan, sementara di masyarakat kita terjadi pergeseran nilai yang semakin jauh sehingga penyimpangan-penyimpangan dalam masalah seks itu sepertinya sudah tidak terlalu dipersoalkan, padahal perzinahan merupakan sesuatu yang sangat keji dan harus dihindari oleh setiap muslim sebagaimana yang disebutkan dalam QS 17:32.

Seks sebenarnya anugerah yang diberikan Allah pada makhluk-makhluk Allah seperti binatang, tumbuh-tumbuhan dan khususnya manusia. Karena itu amat wajar kalau manusia memiliki gairah seksual dan ingin melampiaskan keinginan seksual itu. Allah Swt sendiri tidak pernah melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama menempuh jalur yang dibenarkan, cara-cara yang benar dan pada saat yang tidak terlarang. Ketentuan ini diberlakukan untuk kepentingan manusia juga. 

Bahaya Menyia-nyiakan Sholat

"Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelak) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui sesesatan. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh." (Maryam: 59-60).



Ibnu Abbas berkata, "Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya." 


Imam para tabi'in, Sa'id bin Musayyib berkata, "Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan salat duhur sehingga datang waktu asar; tidak mengerjakan asar sehingga datang magrib; tidak salat magrib sampai datang isya; tidak salat isya sampai fajar menjelang; tidak salat subuh sampai matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di neraka Jahanam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya." 

Pelajaran dari Kekalahan



Laki-laki pemberani itu terbujur kaku dengan dada tercabik-cabik. Sadis. Itulah jasad Hamzah bin Abdul Muththalib, paman dan saudara sepersusuan Rasulullah Saw yang syahid dalam Perang Uhud. Tangis Rasulullah Saw pun pecah. Isak tangisnya terdengar seperti rintihan. Walaupun dengan kesedihan yang tiada terkatakan, akhirnya, jenazah "Tuan Para Syuhada" itu dikafankan dengan kafan yang tidak sampai menutup kedua kakinya, lalu dikuburkan bersama saudara sepupu dan sepersusuannya, Abdullah bin Jahsyi, dalam satu liang. "Tidak pernah beliau terlihat sedih sesedih itu. Tidak juga pernah terlihat beliau menangis sekeras itu," kata Ibnu Mas'ud. Panorama para syuhada itu memang sangat mengiris hati. Di sana terbaring 65 orang sahabat beliau dari kaum Anshar, 4 orang dari kaum Muhajirin, dan seorang dari kaum Yahudi yang telah memeluk Islam. Angka 70 orang syuhada itu terlalu banyak. Bandingkanlah dengan syuhada Badar yang hanya berjumlah 14 orang, atau dengan jumlah korban tewas dari kaum Musyrikin yang hanya berjumlah 37 orang.

Karakter Pemimpin



Bismillaahirrahmanirrahiim,


Ya Allah Yang Maha Gagah, yang menggenggam langit dan bumi, yang menguasai segala kejadian. Jadikan pertemuan ini pertemuan yang Engkau ridhoi. Menjadi terbukanya hati-hati yang tertutup, tercahayainya hati yang gulita, melembutnya hati yang membatu dan jadikan pertemuan ini membuat hati kami saling mengasihi di jalanMu. Amin.

Saudara Sekalian, Bangsa Indonesia diciptakan oleh Allah SWT ternyata begitu strategis, besar dan berpotensi. Kalau kita lihat negara-negara tetangga, maka mereka tidak lebih besar dari Indonesia. Jika peta Indonesia diletakkan di Eropa, maka 13 negara akan tertutup. Kalau kita pindahkan peta Indonesia ke Afrika, maka 8 negara akan tertup. Maka aneh kalau negara sebesar ini selalu terpuruk, dan yang paling menyedihkan komunitas terbesar di negeri kita adalah umat Islam. Maka pilihan kita hanya satu harus bangkit bersama-sama.

Bagaimana Memahami Ayat Allah di Alam





Dalam Alqur'an dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-Nya. 

Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia mengetahui bahwa semua ini diciptakan tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang berakal, yaitu "…orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali 'Imraan, 3:190-191)