Laman

Rabu, 02 Mei 2012

Kemudian, Ia Kembali…



“Bagaimana dengan keluargamu?” tanyaku dengan penuh semangat seraya merapikan jilbab yang menari-nari diterpa angin pantai yang cukup kencang. Akan tetapi perempuan cantik yang ada di hadapanku terdiam dengan senyumnya. Ada gurat kelelahan di wajahnya, membuat senyumnya seolah dipaksakan. Entah itu apa maksudnya.
“Aku belum menikah, Ra…” jawabnya kelu yang membuat semangatku tadi berubah menjadi sorot pilu.  Ternyata memang sudah sejauh itu dia menentukan langkahnya. Ah, teringat masa-masa kami bersama dulu. Masa-masa Mahasiswa yang penuh dengan semangat bergerak untuk perubahan. Penuh dengan pertarungan idealisme, namun juga dengan tawa persahabatan.
***

Fashionista dan Kontes, Syiar atau Tenar



Jika perempuan bak perhiasan, maka sebaik-baik perhiasan berharga adalah  perhiasan yang dimuliakan. Dan perempuan berharga adalah perempuan yang memuliakan dirinya dengan menjaga akidah dan akhlaqnya, karena Allah semata.
“Hijab Contest". Awalnya Reyna ragu untuk membuka situs yang dikirim melalui email oleh sahabatnya, Mitha. Tapi rasa penasaran Reyna membuatnya membaca ulang email tersebut. Email itu berisi tentang kontes yang bertujuan mensosialisasikan trend berbusana muslimah. Bukan, Reyna bukan akan mengikuti kontes tersebut, namun butik miliknya ditawari sebagai sponsor tunggal di acara tersebut. Kebetulan perusahaan Mitha sebagai media partner, dan Mitha lah yang dulu membantunya mengenal dan memperdalam Islam. Reyna yang seorang mualaf, tentu sangat terbantu sekali oleh kehadiran Mitha. Selain Mitha ada Mbak Dania yang membuatnya mengagumi  Islam.

Ghirah



Dahulu, Buya Hamka menjelaskan ghirah dengan suatu istilah yang sederhana: cemburu. Ghirahadalah kecemburuan dalam beragama. Cemburu itu bukan sekedar marah atau kesal atau jengkel, melainkan perasaan tidak rela karena haknya direnggut dan berhasrat besar untuk merebut haknya kembali. Kalau tak ingin merebut kembali, bukan cemburu namanya. Itulah sebabnya orang bilang cemburu adalah tanda cinta, dan tidak ada cinta tanpa rasa cemburu. Nah, yang disebut ghirahitulah perasaan memiliki / mencintai agama secara mendalam yang kemudian terwujud dalam pembelaan yang kuat ketika agamanya dihinakan orang.
Buya Hamka mengambil sebuah perspektif yang menarik ketika bercerita tentang ghirah. Sementara pada masanya orang banyak mengelu-elukan Mahatma Gandhi, beliau justru mengingatkan semua orang bahwa Gandhi adalah tokoh yang anti Islam, dan kita sebagai Muslim tidak sepatutnya melupakan hal itu.

Pengaruh Sabar dan Shalat dalam Menyelesaikan Problematika Kehidupan



وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
”Dan mintalah pertolongan (kepada) Allah dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang  khusu’ , (yaitu) orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya” (Qs. al-Baqarah: 45 -46)
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran:
Pelajaran Pertama:
Bahwa Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk selalu bersabar dan menegakkan shalat di dalam menghadapi segala problematika hidup.
Adapun sabar secara bahasa adalah menahan, dikatakan: ”qutila fulanun shobron“ artinya: si fulan terbunuh dalam keadan ditahan. Oleh karenanya, seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.