“Ada empat permata
yang Allah amanahkan kepada kita, namun kita justru sering menyia-nyiakan atau
bahkan merusaknya Nak Mas….” Kata Ki Bijak ketika berbincang mengenai nikmat
Allah yang sering dilupakan oleh manusia.
“Ada empat permata ki….?” Tanya Maula.
“Ada banyak permata yang Allah titipkan pada kita untuk kita jaga Nak Mas, tapi
setidaknya keempat permata itulah yang pernah baginda Rasul sabdakan,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibu Hajar……” Kata Ki Bijak sambil membacakan
hadits dimaksud.
“Ada empat permata pada diri anak adam yang dapat sirna karena empat hal
lainya. Adapun keempat permata itu adalah, akal, agama, rasa malu, dan amal
shaleh……..”
Maula segera memperhatikan hadits yang dibacakan gurunya; “ Akal sehat, agama,
rasa malu dan amal shaleh ki…?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas…, kenapa akal dianggap sebagai mutiara bagi manusia, karena
tidak ada mahluk lain selain manusia yang dikarunia akal, tumbuhan, hewan atau
bahkan malaikat tidak diberikan akal, dan dengan keberadaan akal di dalam
dirinya inilah manusia kemudian ditasbihkan sebagai mahluk yang mulia…….
“Dengan akal inilah kemudian manusia dapat membedakan mana yang hak dan mana
yang bathil, mana yang halal, dan mana yang haram, mana yang benar, dan mana
yang salah, mana yang lurus, dan mana yang menyimpang……, dan seterusnya, hingga
kemudian dengan ‘kemampuan akal’ inilah kemudian manusia dibebani kewajiban
untuk mengenal dan beribadah kepada Allah swt…….” Kaat Ki Bijak lagi.
Maula masih diam, meresapi untaian kata dari gurunya, “Betapa berharganya akal
kita ya ki….” Kata Maula.
“Sangat-sangat berharga Nak Mas, karenanya kita harus menjaga akal ini agar
tetap sehat, tetap berfungsi sebagaimana
amanah yang diberikan penciptanya…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Memang ada hal yang dapat merusak akal ki…?” Tanya Maula lagi.
“Ada Nak Mas….., coba Nak Mas perhatikan kelanjutan hadits ini; kemarahan bisa
menghilangkan akal sehat…; Kata Ki Bijak mengutip kelanjutan hadits yang tadi
dibacakannya.
“Kemarahan dapat merusak akal sehat ki…?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, ketika seseorang marah, maka yang akalnya tidak dapat bekerja
dengan sempurna, akalnya tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, akalnya tidak dapat menentukan jalan mana yang lurus dan jalan mana yang
menyimpang, karena ketika kita marah, maka yang menggerakan anggota badan kita
bukan lagi akal, melainkan nafsu….”
“Nak Mas lihat, orang yang diliputi kemarahan, bicaranya tidak terkontrol,
tindakannya membabi buta, keputusan yang diambilnya tidak bijaksana,
pendapatnya ngawur, dan masih banyak lagi tindakan yang dalam kondisi normal
tidak mungkin dilakukan, tapi bisa dilakukan orang yang tengah diliputi
kemarahan, ia bisa membunuh, ia bisa
berucap kata-kata kotor, bahkan ia bisa bersikap seperti orang gila dan lain
sebagainya, karenanya berhati-hatilah,jangan sampai nafsu kita mengalahkan akal
sehat kita, karena rusaknya permata akal sehat ini, berarti jurang kehancuran
tengah menanti tepat didepan kita….” Kata Ki Bijak lagi.
Maula menghela nafas dalam-dalam, “Benar Ki…., bahkan karena hal sepele pun,
orang yang marah bisa melakukan tindakan diluar batas pikiran orang normal….”
Kata Maula lagi.
“Karenanya harus senantiasa belajar mengendalikan emosi kita, belajar
menggunakan akal kita sebagaimana mestinya…..” Kata Ki Bijak.
“Iya ki….., lalu bagaimana mereka yang bertuhan pada akal ki….?” Tanya Maula.
“Maksud Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Iya Ki, di zaman sekarangkan segala sesuatunya harus masuk akal, banyak orang
yang tidak beriman kepada Allah, karena katanya keberadaan Allah yang tidak
teraba dan tidak terasa oleh indra itu tidak masuk akal, banyak juga orang yang
tidak meyakini kehidupan setelah mati, alasanya sama, karena tidak masuk akal
kalau setelah jasad kita hancur kemudian hidup kembali, juga banyak orang yang
tidak meyakini kehidupan akhirat, tidak meyakini hari pembalasan juga dengan
alasan yang sama, tidak masuk akal……” Kata Maula.
“Kalau Nak Mas bertemu dengan orang seperti ini, Nak Mas tidak perlu bingung
mempersiapkan jawaban atas pertanyaan yang tidak masuk akal itu, Nak Mas cukup
minta orang itu untuk menunjukan seperti apa wujud akalnya….” Tanya Ki Bijak.
“Lalu Ki…..?” Tanya Maula.
“Kalau dia percaya dan meyakini keberadaan akal yang tidak berujud, kenapa dia
harus ingkar kepada Allah yang menciptakan akal, hanya karena dia tidak bisa
melihat Allah…?” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki…,mudah-mudahan ana tidak bertemu dengan orang macam ini….” Kata
Maula.
“Lalu sebagaimana kelanjutan hadist ini, bahwa permata kedua adalah agama….,
kenapa agama dikatakan sebagai permata bagi kehidupan seseorang adalah karena
agama inilah yang kemudian membimbing akal untuk menemukan siapa penciptanya,
mengarahkan akal jalan mana yang harus ditempuhnya, menunjukan pada akal jalan
mana yang harus dihindarinya……, tanpa agama, akan lahir orang-orang yang Nak Mas katakan
tadi, orang-orang yang bertuhan pada akalnya…., yang pada gilirannya, mereka akan diperbudak
oleh akalnya sendiri menuju jurang kehancuran…..” Kata Ki Bijak.
Maula menghela nafas dalam-dalam, pelajaran kali ini dirasakannya sangat dalam,
sangat memerlukan perhatian dan pemahaman yang lebih, agar tidak terlewatkan
mutiara berharga dari baginda Rasul yang disampaikan melalui lisan Ki Bijak.
“Akan halnya akal ki, adakah yang akan merusak agama seseorang…?” Tanya Maula
beberapa saat kemudian.
“Ada Nak Mas, perusak agama itu namanya Hasud atau Dengki…..” Jawab Ki Bijak.
“Kenapa hasud dan dengki bisa merusak agama seseorang ki…?” Tanya Maula lagi.
“Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits nabi yang mengatakan bahwa “Jauhilah oleh
kalian hasud, karena hasud itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu…”
“Agama adalah nilai-nilai kebaikan, agama adalah nilai-nilai kebenaran, agama
adalah nilai-nilai kemulian, sementara hasud adalah api perusaknya…., banyak
sekali keterangan dan hadits nabi yang menyatakan tidaklah seseorang itu
beragama atau beriman, sementara di dalam hatinya masih bertahta sifat hasud
dan dengki…, karena orang hasud tidak akan senang orang lain mendapatkan
kebaikan…., dan sebaliknya ia akan senang ketika orang lain mendapatkan
kemalangan, dan ini bertentangan dengan nilai luhur yang diajarkan agama……”
Kata Ki Bijak lagi.
Maula makin intensif memperhatikan dan menelaah pitutur gurunya, ia tidak mau
mutiaranya rusak hanya karena ia lalai dan tidak tahu cara menjaganya.
“Lalu mutiara yang ketiga, yaitu sifat malu Nak Mas…” Kata Ki Bijak.
“Kenapa rasa malu merupakan mutiara juga bagi kita ….?” Tanya Maula.
“Karena hanya manusialah yang dikaruniai rasa malu Nak Mas…., ayam tidak
dikaruniai rasa malu oleh Allah, sehingga ayam bisa berbuat apapun dan
dimanapun…..”
“Kerbau tidak dikaruniai rasa malu oleh Allah, sehingga kerbau tidak risih
ketika auratnya diumbar…..”
“Kambing tidak dikaruniai rasa malu oleh Allah, sehingga kambing tidak segan
ketika memakan tanaman yang bukan miliknya….”
“Kancil tidak dikaruniai rasa malu oleh Allah, sehingga kancil tidak merasa
ragu ketika mencuri ketimun….”
“Semua hewan, semua binatang, tidak
dikarunia rasa malu sebagaimana manusia, sehingga mereka bebas melakukan apa
saja, hewan bisa mencuri tanpa rasa
malu, binatang bisa memangsa sesamanya tanpa rasa malu, ternak bisa memakan
yang bukan haknya tanpa rasa malu…” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Jadi kalau ada orang korupsi tanpa malu, kalau ada orang mencuri tanpa rasa
malu, kalau ada orang yang memakan yang bukan haknya tanpa rasa malu, itu sama
dengan binatang ya ki…..?” Kata Maula.
“Naudzubilllah…., bahkan lebih dari sekedar hewan ternak dan binatang Nak Mas…,
karena binatang memang tidak dikarunia rasa malu dan akal, serta binatang melakukannya
semata untuk mempertahankan hidup…, sementara manusia, dengan akal dan rasa
malu yang Allah karuniakan padanya, tapi
masih berbuat seperti itu…..? itulah mungkin salah satu makna “kemudian Kami
kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya…..” rendah di dunia karena ia lebih rendah dari
binatang, rendaah di dunia, karena ia akan dimasukan kedalam neraka jahanam…….”
Kata Ki Bijak lagi.
Bergidik bulu guduk Maula mendengar penjelasan Ki Bijak, betapa manusia yang
Allah sebut-sebut diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya, lahir dan bathinnya,
bisa lebih rendah dari binatang dan hewan ternak, karena manusia tidak pandai
menjaga rasa malunya.
“Bahkan ada hadist yang menyatakan bahwa“Al Hayya-u Minal Iman; (malu sebagian
dari iman, dalam hadits lain Al Haya’u la ya’ti illa bi khair’( Malu itu tidak
datang kecuali dengan kebaikan), maksudnya malu itu pasti mendatangkan kebaikan
bagi seseorang…” Tambah Ki Bijak.
“Ki…..bagaimana kita menjaga mutiara ‘malu’ ini agar tetap terawat dengan baik
ki…..? Tanya Maula.
“Pertanyaan yang tepat adalah apa yang diajarkan Rasulullah bagi orang yang
ingin menjaga rmutiara ‘malu’nya adalah “Orang yang ingin malu dengan
sebenar-benarnya di hadapan Allah SWT, hendaklah menjaga pikiran dan hatinya.
Hendaklah ia menjaga perutnya dan apa yang dimakannya, hendaklah ia mengingat
mati dan fitnah kubur…..” Jawab Ki Bijak mengutip konsep Rasulullah dalam
menjaga sifat malu ini.
Maula lagi-lagi menghela nafas dalam-dalam, ia demikian larut dalam diskusi
yang sangat mengasyikan ini.
“Nak Mas masih semangat…?” Tanya Ki Bijak.
“Tentu Ki…, dengan senang hati ana akan mendengar setiap petuah dan nasehat
yang Aki berikan pada ana…” Kata Maula.
“Di penghujung hadits ini ditutup dengan sebuah mutiara yang bernama amal
shaleh, dan penyakitnya yang bernama ghibah/mengumpat…..” Kata Ki Bijak.
“Mengunjing, atau menceritakan sesuatu yang ada pada seseorang yang membuatnya
marah, adalah perbuatan yang sangat tercela, karena tidak jarang dari
pergunjingan inilah kemudian timbul perselisihan, timbul pertentangan dan
bahkan menimbulkan permusuhan dan perang, karenanya Allah swt, dalam surat al
Hujurat ayat 12, mengibaratkan bergunjing dengan dengan memakan bangkai saudaranya
sendiri……” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat dimaksud;
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Maula segera dengan seksama mentadaburi ayat dimaksud; “Masya Allah, sedemikian
berbahayanya bahaya bergunjing ya ki…..” Kata Maula
“Ya Nak Mas, karenanya banyak sekali peringatan baik itu dari al qur’an maupun
dari hadits yang mengingatkan kita agar menghindari gunjingan, yang jelas tidak
bermanfaat lagi penuh dosa…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip beberapa hadits
dimaksud;
Rasulullah SAW bersabda:
• “Kebanyakan hal yang memasukkan manusia ke dalam surga adalah taqwa kepada
Allah dan ahlak yang baik, dan kebanyakan hal yang memasukkan manusia ke dalam
neraka adalah mulut dan kemaluan". [HR Tirmidzi].
• “Orang yang menutupi aib orang lain di dunia, niscaya Allah akan menutup
aibnya kelak di hari kiamat.” [HR Muslim].
Rasulullah SAW bersabda: “Sibuk mencari keburukan atau aib orang lain adalah
salah satu dari 6 perkara yang bisa merusak amal kebaikan, 5 perkara lainnya
adalah keras hati, terlalu cinta dunia, sedikit mempunyai rasa malu, panjang
lamunan / khayalan dan kedzaliman yang tidak pernah berhenti”. [HR Ad-Dailami].
Wassalam
Sumber :Abu Maulana(http://bahasahati.blogspot.com/)