Tujuan tanpa persiapan yang baik memang hanya sebuah bangunan mimpi, mungkin akan goyah jika terkena hempasan angin, meskipun tertiup lembut atau akan runtuh saat terguyur hujan. Buatlah bangunan yang ingin kita sekokoh karang, yang selalu tegar berdiri kokoh meski diterjang deru ombak, tetap tegak walau sisinya terhempas air, tetap kuat meski puncaknya tersengat matahari, tak goyah meski diterpa angin dan tetap memberi penjagaan untuk manusia di sekitarnya.
Belajarlah kepada seorang balita, saat ia mulai merangkak kemudian perlahan bangkit berdiri melangkahkan kakinya sedikit kemudian ia terjatuh, berdiri kemudian terjatuh lagi lagi dan lagi. Tak jarang ia pun menangis mungkin sakit ataupun kesal karena langkahnya belum begitu seimbang. Jatuh, jatuh dan jatuh lagi… Namun tunggulah beberapa saat lagi ketika ia mampu tersenyum ketika berjalan, tertawa riang ketika berlari. Lariii!!! Larii!! Dan larii. Bahkan tiap tempat ia kunjungi dengan lariii. Dan ia telah berhasil. Jika memang sifat alamiah air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, maka itu tak berlaku untuk perjalanan pencapaian mimpi kita.
“Tuhanmu berfirman: “Jika kamu bersyukur, pasti akan Kami tambah nikmat kepadamu. Jika kamu ingkar, sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Warnailah dinding bangunanmu dengar penuh rasa syukur pula, nikmatilah perjuangan dalam pembangunan bangunan nyatamu, ikhlaskanlah apapun yang terjadi. Ikhlaskanlah… Dalam perjalanannya mungkin akan terasa banyak penghalang. Jangan takut untuk berlari. Tanyalah pada hatimu, tanyakan yang sejujur – jujurnya untuk apa kamu berlari.
“Mintalah fatwa kepada hatimu, kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya” (HR. Muslim)
Jika memang apa yang kita harapkan tak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, mengapa kita harus meratapinya secara berlebihan? Tugas kita hanyalah mencoba, berusaha dan berjuang. Ada Sang Maha Penentu yang akan menentukan semuanya. Sadarlah, siapakah kita? Makhluk lemah jika tanpa pertolonganNya, hak apa yang kita miliki untuk menentukan semuanya. Cukuplah Allah yang menilai usaha kita, cukuplah Allah yang Maha Menentukan. Allah yang mutlak menentukan. Dan memang segalanya telah terpahat dalam Lauh Mahfudz milikNya…..
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al – An’am: 59)
Petiklah pelajaran dari seorang balita tadi, jangan patah semangat. Janganlah terlarut dalam kesedihan keresahan dan kebimbangan. Kesedihan hanyalah racun berbisa yang dapat menurunkan kadar semangat. Air mata kita tak akan bisa mengembalikan semuanya yang telah lalu. Siapkan saja tetesan air mata kebahagiaan yang akan kita raih sebentar lagi. Sebentar lagi! Lihat, bangunan nyatamu bukan bangunan mimpimu. Lihatlah, ia belum sepenuhnya roboh, pilar – pilar semangat itu masih terjaga dan harapan itu selalu ada…
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”. (QS. At Taubah: 40)
“…Boleh jadi kamu benci kepada sesuatu, padahal itu baik buat kamu, bisa jadi kamu senang sesuatu padahal itu buruk buat kamu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 216)
Berlaku tulilah terhadap semua ucapan orang lain yang akan membawamu pada keputusasaan
Karena itu hanyalah sebuah persembahan untuk keruntuhan
Percayalah pada dirimu… dan jangan pernah ragukan… bahwa:
”Keputusan Allah adalah di atas segala-galanya”.