Saya yakin, bahwa kita semua pasti menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Namun tak semua orang mampu untuk menggapai dan melakukan perubahan itu. Mungkin karena ia merasa belum siap dengan perubahan, atau bisa jadi karena tidak punya nyali (lemah mental, atau tidak mau meninggalkan tabiat dan kebiasaan lama) untuk menerima perubahan itu.
Namun sebagai seorang mukmin seharusnya kita tidak lagi mempertanyakan diri kita siap atau tidak, pantas atau tidak, akan tetapi sebaliknya kita justru harus mencari dan mengejar perubahan itu, karena nasib tidak akan berpihak kepada orang yang hanya berdiam diri saja. “Innallaha la yughayyiru ma bi kaumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim”.
Barangkali banyak kisah yang dapat mengetuk pintu hati kita. Dalam berbagai riwayat banyak yang menyimpulkan bahwa perubahan besar sering kali dilakukan oleh insan-insan yang memiliki mimpi-mimpi besar. Mereka yang sayang akan hidupnya yang sementara ini, segera mengambil keputusan untuk melakukan perubahan. Sebut saja seorang pencari hakikat kebenaran (Al-Bahits ‘an al- haqiqah) Salman Al-farisi, sahabat yang menjadi aktor penting dalam perang Khandak.
Dimana mimpi-mimpi besar itu? Kita akan lihat kisah menarik pada peristiwa perang Khandak. Ide cemerlang muncul dari seorang Salman yang memberikan usulan kepada Rasulullah untuk menggali Khandak (parit) sebagai salah satu siasat perang. Kaum muslimin ketika itu sudah dikepung dari berbagai macam penjuru dan dengan berbagai macam kekuatan, yang secara kasat mata mungkin kaum muslimin tidak akan bisa selamat, bahkan sebagian di antara mereka (orang-orang munafik dan lemah iman) ragu dengan kekuasaan Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu tergambar jelas pada firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 12, “Idz yaqulul munafiquna walladzina fi qulubihim maradun ma wa ’adanallahu wa rasuluhu illa ghurura”, Mereka mengatakan apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami ini hanya tipu daya belaka. Karena memang secara kasat mata tidak mungkin lagi kaum muslimin bisa selamat dari kekuatan tentara musuh.
Kembali kepada kisah di atas, tatkala kaum muslimin menggali Khandak, ada satu tempat yang sangat sulit untuk digali, dikarenakan ada batu besar yang sulit untuk dipecahkan. Kemudian Salman Al-Farisi pergi menghadap Rasulullah SAW dan mengusulkan untuk membelokkan sedikit galian tersebut ke sisi lain agar mudah digali, tapi apa yang Rasulullah katakan? Justru Rasulullah mengatakan kepada Salman “Ya sudah, ini bagian saya, biar saya yang akan menyelesaikannya”. Rasul langsung turun tangan untuk memecahkan batu tersebut.
Dengan 3 kali pukulan, Rasulullah berhasil memecahkan batu yang keras tersebut. Nah di sinilah sebenarnya mimpi-mimpi besar itu Rasul tanamkan. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa di setiap pukulan, Rasulullah SAW bertakbir “Allahu akbar”, seraya berkata “U’titu mafatiha faris, akan ada dari umatku yang akan menaklukkan Faris. Demikian pula dengan pukulan yang kedua, Rasulullah juga berteriak “Allahu akbar, U’titu mafatiha Ar-Ruum, Ramawi juga akan takluk di tangan kaum muslimin. Sampai pada pukulan yang ketiga, Rasulullah juga meneriakkan kata-kata yang sama “Bahwa aku diberikan kunci untuk menaklukkan Suriah, San’a dan yang lainnya.
Sekarang kita dapat menyaksikan kebenaran kata-kata yang telah Rasulullah sampaikan. Semua daerah yang disampaikan oleh Rasulullah, Faris, Ramawi, Suriah, Yaman dan lain sebagainya, telah berhasil ditaklukkan oleh kaum muslimin, itu semua bisa ditaklukkan berkat mimpi-mimpi besar yang ditanamkan Rasul ketika perang Khandak. Hikmah dari apa yang telah Rasulullah katakan, bahwa dalam keadaan terjepit dan kesulitan sekalipun, Rasulullah tetap menanamkan mimpi-mimpi besar kepada kaum muslimin.
Sungguh tidak ada yang mustahil dengan seizin dan pertolongan Allah karena itu yang membedakan kita dengan orang-orang yang tidak percaya dengan Allah SWT, dan dalam keadaan apapun kita tidak boleh berputus asa dan lari dari kebesaran dan rahmat-Nya. Ternyata apa yang dikhawatirkan kaum muslimin sebelumnya justru berujung dengan kemenangan dan kebenaran. Dan menjadi bertambahlah iman-iman mereka dengan kekuasaan Allah dan kebenaran yang telah Rasul sampaikan. “Hadza ma wa ’adanallah wa rasuluh, wa sadaqallahu warasuluh”.
Di akhir catatan yang sederhana ini, Saya pribadi ingin menyampaikan “Bahwa tidak ada yang lebih menguntungkan, melainkan Anda bisa menanamkan mimpi-mimpi besar itu dari sejak dini dan kemudian bisa untuk mewujudkannya. Karena siapa pun di antara kita berhak untuk bisa membuktikan bahwa perubahan dan mimpi-mimpi besar itu bisa kita wujudkan”.