Allah memberikan kita “tugas-tugas” yang harus terselesaikan bukan karena Ia tak sayang pada kita, justru itulah tanda cinta-NYA kepada kita.
Ngomong-ngomong soal tugas-tugas yang harus terselesaikan, tentulah kita pernah menghadapi beberapa tugas/amanah yang melambai-lambai ingin segera di kerjakan. Di kuliah banyak tugas, di organisasi juga banyak agenda padahal organisasi yang diikuti lebih dari satu, apalagi yang sudah kerja, tambah-tambah membuat pusing harus mengerjakan yang mana.
Badan yang cuma satu, otak yang nggak lebih gede dari bola sepak, tangan yang cuma dua, kaki yang cuma dua juga, kadang membuat kita merasa “uuurgh, nggak sanggup nggak sanggup nggak sanggup”. Terjadilah aksi galau seharian akibat bingung mau mengerjakan yang mana dulu padahal semuanya dikejar deadline.
Tapi ya sodara-sodara, kadang kita nggak bijak juga sih dalam membuat fiqih prioritas. Mentang-mentang pakai fiqih prioritas, kita cuma menjalankan salah satunya, dan yang lain ditinggal…
“Ah, itu ntar dulu. Ini dikerjain sampe selesai dulu baru ngerjain yang itu. Biar ntar bisa fokus, nggak ada kendala lagi”
Nah… nah… nah… menurut pengalaman penulis yah, kalau kita sudah selesai dengan satu tugas nih, pasti adalah tugas berikutnya yang sudah menanti… Pasti adalah kendala-kendala baru yang juga minta diselesaikan…
Mustahil kita berada di titik seperti ini: hanya ada satu tugas yang harus saya kerjakan karena tugas yang lain sudah saya kerjakan semua.
Karena setelah ujian SD, untuk naik tingkat yang lebih tinggi kita harus melewati ujian SMP, dan seterusnya. Tidak mungkin sudah dapat juara di ujian SD lalu selesai dan kita bisa hidup kipas-kipas duit. Iya kan?
Maka menurut saya, dalam menggunakan fiqih prioritas, hendaknya kita bukan menentukan apa yang akan saya selesaikan sekarang dan apa yang akan saya selesaikan berikutnya dengan harapan saat menyelesaikan tugas kedua sudah tidak ada tanggungan tugas lainnya. Tapi seharusnya kita tentukan apa yang akan saya lakukan jam ini, apa yang akan saya lakukan dua jam berikutnya, apa yang akan saya lakukan tiga jam berikutnya, dan seterusnya. Karena kewajiban yang kita miliki lebih banyak dari waktu yang tersedia. Maka kita dituntut untuk pandai-pandai membagi waktu dan memanfaatkannya sesuai skala prioritas.