Laman

Senin, 09 Januari 2012

Pahlawan Sejati Tak Perlu Gelar



Hari Pahlawan baru saja berlalu, ada yang tahu dan ada yang tak peduli, ada yang memperingati ada yang acuh tak acuh, ada yang peduli ada juga yang bermasa bodo, apa pentingnya sih memperingati hari pahlawan. Apakah pahlawan di jaman yang penuh dengan dunia materialistis dan manusia telah dijajah oleh sistem kapitalis global masih bisa bicara kepahlawanan dan sifat patriot para pahlawan? Memang masih ada pahlawan sekarang ini? Bukankah yang terjadi sekarang ini banyak pahlawan yang kesiangan!
Pahlawan kesiangan! Sebuah istilah buat orang-orang yang mengaku berjasa pada bangsa dan negara dengan menyebut-nyebut jasanya! Pahlawan kesiangan ini seperti maling yang mengaku orang baik!
Atau seperti koruptor, yang belum juga tertangkap dan tetap berkeliaran dengan jas dan dasinya, mengaku orang alim, orang baik-baik!
Teringat sebuah cerita: Ketika pengadilan di akherat nanti ada tiga orang( pahlawan, ilmuwan dan dermawan) yang ditanya malaikat.
”Hai dermawan… karena apa kamu bersedekah atau membantu fakir miskin?” Tanya malaikat.
”Iya malaikat, saya membantu hanya karena Allah”, Kata dermawan yakin.

“Bohong! Kamu membantu orang bukan karena Allah, tapi ingin disebut darmawan dan agar disiarkan di mass media cetak atau elektronik dan kemudian kamu dikatakan orang dermawan, iya kan?” Kata malaikat sambil membentak keras.

“Iya.. iya…” Jawab dermawan sambil ketakutan, ternyata kebiasaan bohongnya diketahui malaikat.

“Kalau gitu silahkan ke neraka masuk bersama Qorun!”
Kemudian malaikat berpindah dan bertanya pada ilmuwan.

“Hai fulan, karena apa kamu mengajarkan ilmu pada orang-orang?”, Tanya malaikat.

“Ya tentu karena Allah”, Jawab si fulan yang ilmuwan.

”Bohong! Kamu mengajarkan ilmu pada orang-orang bukan karena Allah, tapi kamu ingin dipuji sebagai ilmuwan dengan gelar akademis yang berderet di depan atau dibelakang namamu, kamu tidak ikhlas mengajarkan ilmu itu, kamu mengajar bukan karena Allah, tapi ingin dipuji manusia dan kamu marah bila gelar-gelar yang ada padamu tidak disebut, iya kan?”, Malaikat membuka kedok ilmuwan yang asli!
“Iya… iya….”, Jawab si ilmuwan sambil gemeteran.

“Kalau gitu syurga tak pantas untukmu!” Kata malaikat sambil mengusir ilmuwan ke neraka!

Kemudian orang ketiga yang mengaku pahlawan, sebelum ditanya sudah nyerocos duluan. Bahwa dia adalah seorang pejuang bagi bangsa dan negaranya, ikut mengangkat senjata, dengan gagah berani katanya membela negara, penjajah disikat habis olehnya, para pengkhianat negara dibantai olehnya dan namanya tercantum sebagai pahlawan dan dimakamkan di makam pahlawan dengan pemakaman dengan cara megah, mewah dan disiarkan seluruh jaringan TV serta ditulis dimedia massa, baik media cetak maupun media elektronik!
Dan dia mengaku pahlawan sejati yang sangat dihormati oleh bangsa dan negaranya, namanya di catat dalam buku-buku sejarah, namanya tercatat dibuku eksiklopedia, namanya tersebar di dinding-dinding sekolah, namanya tercantum sebagai pahlawan yang dicetak dikarton-karton tebal dan dijual di toko-toko buku, di kios-kios dan lain sebagainya.
“Hai fulan, benarkah kau seorang pahalawan?”, Tanya malaikat.

“Iya dong malaikat…lihat dong tanda jasa yang di rumah, wah.. sampai tak muat di dinding!” Kata si pahlawan tadi.

“Benar kamu berjuang?”, Tanya malaikat.

“Masa tak yakin sih?”, Jawab si fulan yang mengaku pahlawan.

“Kamu berjuang karena Allah?”, Tanya malaikat lagi.

“I…i…ya….!”Jawabnya sambil mulai keringat dingin.

“Bohong! Kamu bukan pahlawan, kamu berjuang bukan karena Allah, kamu berjuang ingin di sebut pahlawan dan agar kamu ketika mati ingin dikuburkan di makam pahlawan dan agar kamu dikenal sebagai pahlawan dan nama-namamu agar selalu disebut sebagai pahlawan, terutama di hari Pahlawan! Dan ketika kamu masih hidup kamu selalu bercerita dengan sombongnya dan kamu marah bila orang tak menghargaimu sebagai pahlawan dan keluargamu pun kamu indoktrinasi agar ketika kamu mati harus diusahakan atau diajukan namamu ke pemerintah atau negara untuk dicatat sebagai pahlawan, apapun caranya, benarkan?”, Kata malaikat tegas dan langsung menyuruh pergi si pahlawan tadi ke neraka!

Singkat cerita si ilmuwan, dermawan dan pahlawan bukan masuk ke surga tapi ke neraka, karena salah niat!
Nah yang saya mau garis bawahi si pahlawan kesiangan! Mengapa pahlawan kesiangan? Iya, karena sekarang banyak sekali orang yang mengaku-mangaku dirinya berjasa pada negara, dan itu sangat terlihat ketika keruntuhan Orde Baru!
Orang yang tadinya antek antek Soeharto, namun ketika Soeharto mundur jadi presiden dan Orde Baru tumbang, munculah “pahlawan kesiangan” yang ikut berteriak mengadili Soeharto, masyarakat tahu persis, orang-orang yang berteriak itu, semuanya adalah, maaf, “kentutnya ” Soeharto!
Ciri Pahlawan kesiangan sebenarnya banyak, diantaranya:
1. Dia mengaku paling berjasa kepada bangsa dan negara.
2. Tanpa ditanya dia bercerita sebagai pahlawan, senang sekali pada pujian dan gelar-gelar. 
3. Karena mengaku sebagai pahlawan harus dikuburkan di makam pahlawan, jika perlu sanak keluarganya semua dimakamkan di makam pahlawan.
4. Marah kalau jasa-jasanya tak disebut-sebut, marah kalau namanya tak disebut bersama gelarnya.
5. Sebelum mati sudah dibuatkan rencana pemakaman yang megah terpisah dari kuburan umum.
6. Namanya harus dicatat di dalam buku-buku dan dibuatkan biografinya sebelum mati.
7. Tak rela kalau namanya tak tercantum sebagai pahlawan.

Silahkan anda bisa menambahkan ciri lain dari “pahlawan kesiangan”, Nah biasanya pahlawan kesiangan ini akan muncul di saat pemilu atau pilkada! Mereka akan memoles muka mereka dengan topeng-topeng yang sangat manis, sehingga rakyat dibuatnya terbuai, dan rakyat menyangka bahwa mereka adalah para satria peningit yang sedang dinanti-nantikan, atau semacam ratu adil, karena dianggap akan dapat merubah hidup rakyat menjadi lebih baik dan sejahtera.
Dalam kampanye mereka berteriak” demi rakyat, untuk rakyat!” Namun setelah terpilih, lupa pada rakyat! Itulah “pahlawan kesiangan”.
Lalu bagaimana agar rakyat tak tertipu dengan “pahlawan kesiangan ini?” Banyak, diantaranya melihat ciri-ciri diatas, bila mereka selalu menyebut jasa-jasanya dan tidak sesuai antara apa yang dijanjikan dengan kenyataan, atau tak sesuai antara perkataan dan perbuatan, maka siap-siap kabur, betapapun citra yang ditampilkannya terkesan baik, namun bila di belakanya buruk dan orang di sekelilingnya adalah para maling, maka rakyat harus waspada, jangan-jangan rakyat hanya dijadikan alat, dijadikan obyek bukan subyek!
Bagi para “pahlawan kesiangan”, tak peduli rakyat bertambah miskin, yang penting mereka mendapat jabatan dan kedudukan tinggi, rakyat tambah sengsara, bukan urusan mereka, yang penting bagi mereka dapat fasiltas negara, “kursi empuk”, lalu lalang dengan mobil dinas dan mendapat semua yang mereka inginkan.
Rakyat didekati hanya pada saat pemilu dan pilkada! Setelah itu ”selamat tinggal” Setelah mendapat jabatan dan kedudukan masing-masing, mereka segera memakai topengnya!
Itulah pahlawan kesiangan! Orang yang berada disekitar dunia politik praktis yang katanya membela rakyat, tapi ujung-ujungnya duit! Ujung-ujungnya adalah pangkat dan jabatan! Omong kosong dengan membela rakyat, omong kosong dengan mensejahterakan rakyat dan omong kosong dengan janji-janji syurga yang di katakana saat kampanye! Masihkah percaya dengan pahlawan kesiangan ini? Bila iya, siap-siaplah menerima berbagai macam tipu daya mereka!
Pahlawan kesiangan hanya manis di bibir, pahit dalam kenyataan. Dunia memang begitu adanya, namun orang-orang yang beriman tak akan pernah putus asa, apapun yang terjadi hidup harus tetap dijalani.
Lalu bagaimana menghadapi pahlawan kesiangan ini? Ya lihat saja sepak terjangnya, “sikat” kalau anda ketahui, bisa dengan kata-kata, perbuatan, tulisan dan dengan hati! Pahlawan kesiangan harus diberantas, bila tidak orang-orang semacam itu hanya akan merugikan rakyat banyak!
Pahlawan kesiangan biasanya”bermulut besar” dan paling merasa benar sendiri, setelah itu paling suka menyalahkan orang lain dan mencari “kambing hitam” atas kesalahan yang diperbuatnya! Pahlawan kesiangan paling merasa hebat sendiri, di depan matanya yang ada hanya kesalahan orang atau keburukan orang lain!
Pahlawan kesiangan paling suka mencari-cari kekurangan orang lain dan paling hoby mencari-mencari aib orang lain dan setelah bertemu kesalahan atau kekurangan orang lain, dia sebarkan ke orang-orang disekelilingnya!
Dan lucunya bila dibalik, bahwa dia salah, dia juga punya kekurangan, maka akan “mencak-mencak” dan marah-marah pada semua orang! Semua orang dimaki-makinya, semua orang dipaksa untuk mendengar teriakan dan caci makinya! Dan kalau pahlawan kesiangan ini hinggap pada politikus, maka yang terjadi adalah anarkis, moralitas ikut hancur lebur, tak ada lagi bedanya antara politikus dengan anak TK! Anak TK masih lebih baik, kalau ribut dengan sesamanya, tak lama kemudian mereka sudah bisa tertawa dan bermaian bersama dengan ceria!
Tapi bila yang ribut politikus itu akan terbawa ke mana-mana dan memakan waktu lama, timbul dendam dan saling menghancurkan! Kok bisa? Iya, karena para politikus kebanyakan adalah pahlawan-pahlawan kesiangan!
Lalu di mana pahlawan sejati? Hanya Allah SWT yang tahu!
Karena pahlawan sejati tak suka menampakan diri, pahlawan sejati tak perlu gelar pahlawan, pahlawan sejati berjuang dalam diam, pahlawan sejati tak perlu dikenal dan terkenal, pahlawan sejati tak perlu di makamkan di taman makam pahlawan, bahkan malu di makamkan di makam pahlawan, karena merasa tak pantas! Dan khawatir pahalanya dalam berjuang akan terhapus karena pujian atau sanjungan manusia.

Adakah pahlawan sejati? Ada dan banyak, tapi tak diketahui orang banyak! Karena pahlawan sejati bukan pahlawan yang kesiangan, pahlawan sejati dalam segala perbuatan dan dalam perjuangannya ikhlas, seikhlas-ikhlasnya, dia berjuang hanya karena Allah SWT.
Dia tak peduli pada pujian atau hinaan manusia, apa kata orang lain, dia tetap menegakkan kalimat illahi di manapun dia berada, sekecil apapun yang bisa dia lakukan! Pahlawan sejati tak perlu gelar, pujian dan penghargaan manusia! Dan sebalkinya pahlawan yang kesiangan sangat membutuhkan gelar, pujian dan penghargaan manusia.