Kita hidup bersama kelemahan atau kekurangan dan kelebihan. Semua itu Allah titipkan bukan tanpa hikmah di dalamnya. Allah menitipkan kelemahan kepada kita bukan untuk kita cela atau untuk kita keluhkan. Allah menciptakan manusia tidak ada yang sia-sia. Bagaimana pun wujudnya, manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan. Dari sebuah kelemahan, seseorang mampu mengubah dunianya. Di balik kelemahan sesungguhnya tersimpan pula kelebihan yang sempurna.
Dalam QS. Al Israa’ ayat 70:
Manusia diberikan kelebihan yang sempurna seperti yang dijelaskan atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Suatu kelemahan yang terlalu dimanjakan akan membuat seseorang menjadi terfokus pada kelemahannya dan menutup diri akan sebuah kekuatan yang dapat menariknya ke dunia baru, dunia penuh semangat. Kehidupannya akan terkungkung akan ketakutan-ketakutan yang dibuatnya sendiri. Ia menjadi lebih nyaman berada di sebuah lingkaran yang ia buat sendiri. Karena orang lain bisa memberi semangat, tapi sesungguhnya sumber utama semangat adalah berasal dari dalam diri. Padahal di luar sana kehidupan jauh lebih menyenangkan. Allah menciptakan manusia dengan berbagai kelemahan bukan menandakan bahwa Allah tak sayang pada hambaNya dan hanya pilih-pilih kasih. Justru Allah memberikan suatu keistimewaan kepada orang tersebut. Derajatnya akan jauh lebih tinggi, jika ia mampu melewati cobaan tersebut dan memberikan manfaat kepada orang lain justru dengan kelemahan yang ia miliki.
Sunnatullah, jika manusia cenderung berkeluh kesah akan keadaan dirinya, namun jangan pernah menjadikan itu sebagai pegangan kita untuk selalu dan selalu berkeluh kesah akan keadaan diri. Setiap orang di takdirkan dengan kelemahan dan kelebihan dengan berbagai porsi yang berbeda. Buatlah semaksimal mungkin sehingga kelebihan kita mencuat hingga tak ada orang yang menyadari akan kelemahan yang kita miliki. Karena semua manusia tak ada yang tak memiliki kelebihan, jadi fokuslah pada kelebihan dan manjakanlah kelebihan itu.
Berapa banyak motivator yang muncul dengan membawa kelemahannya dan menyulapnya menjadi suatu kelebihan sehingga mampu memberikan semangat bahkan untuk mereka yang normal sekalipun.
Kelebihan pun bukan Allah titipkan untuk menjadi ajang kesombongan, mengecilkan orang lain yang tidak sebanding dengan dirinya. Kelebihan bisa menjadi sebuah ujian maupun kenikmatan jika kita mampu menempatkannya pada tatanan yang tepat. Kelebihan yang merugikan orang lain karenanya dan menjadi sia-sia karena tak di manfaatkan dengan baik akan menjadi malapetaka di kemudian hari.
Allah mengingat dalam Al Qur’an surah Luqman ayat 18:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Al Qur’an surah Al Hadiid ayat 23:
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Apapun keadaan yang Allah titipkan, hanya patut di terima dengan ucapan syukur. Karena Allah menyampaikan kasih sayangNya dengan caraNya yang bermacam-macam. Allah tak akan dan tak pernah memeluk hambaNya hanya dengan melihat kelebihan makhlukNya, melainkan melalui kualitas diri yang ia ciptakan di hadapan Allah. Yaitu ketaqwaan. Karena Allah yang memberikan kelemahan dan kelebihan pada diri hamba, maka Allah pula yang lebih tahu apa maksud di balik semua rahasiaNya. Dan sebagai tugas kita adalah terus berfikir dan memperhatikan setiap peristiwa, guna mencerna makna kehidupan yang Allah tuliskan kepada setiap kita hambaNya.
Dan satu kelemahan, bukan menjadi batas kita untuk memberikan secercah semangat kepada orang lain. Tetap bermanfaat, apapun kondisi kita. Fokuskan pada yang ada, dan jangan sesali apa yang tiada. Kelemahan bukan untuk disesali ataupun dibenci, melainkan agar kita tetap bisa mensyukuri kelebihan yang ada pada diri kita.
Allahua’lam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/