Kecantikan dan ketampanan merupakan hal yang relatif dan subjektif. Tidak ada standar baku yang jelas, namun cantik dan tampan tidak harus berpatokan pada wajah ataupun fisik seseorang yang bola ( body langsing), pulus (putih mulus), hitam manis, dan lain-lain seperti kebanyakan pandangan sebagian besar orang. Islam tidak mengajarkan kita menjadi hanya cantik/ tampan di fisik/penampilan saja melainkan juga menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara terutama agama kita sendiri.
Makan dan minum secukupnya
Agar cantik dan tampan, akhwat dan ikhwan tidak
boleh makan seenaknya/sesukanya dengan penuh kerakusan, tapi makan
sebatas dapat menegakkan tulang-tulangnya untuk mendapatkan tenaga
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Ingatlah firman Allah swt.: "…makan dan
minumlah, janganlah berlebih-lebihan/melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Q.S. Al
A’raaf 7: 31). Kemudian dalam sebuah hadits diterangkan: "Dari Ibnu
Umar r.a. dari Nabi saw. sabdanya: "Orang-orang kafir makan dengan
tujuh perut, dan orang mukmin makan dengan sebuah perut." (H.R.
Muslim).
Rasulullah saw. menghindari makan dan minum
berlebih-lebihan. Beliau makan dan minum hanya pada saat perut
terasa lapar dan mengisi perut dalam tiga bagian, sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. Akibat
banyak makan biasanya mudah obesitas, mudah terkena penyakit,
cenderung malas ibadah, malas bekerja. dll.
Berolah Raga
Supaya kecantikan/ketampanan yang telah Allah
swt. anugerahkan pada kita dapat dijaga, upayakan kondisi fisik
selalu bugar melalui olah raga sesuai minat/usia masing-masing.
Aturlah waktunya disela-sela kesibukan yang ada. Dalam suatu hadits
diterangkan: "Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih
dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah." (H.R. Muslim).
Dengan berolah raga insya Allah jasad kita
dapat lebih terawat, sehingga kondisi tersebut dapat membantu
ikhwan/akhwat melaksanakan tugas rutin sehari-hari dengan energik.
Menjaga kebersihan
Yang perlu dijaga kebersihannya adalah seluruh
anggota badan dan pakaian. Hadits Bukhari menerangkan: "…
Mandilah pada hari Jumat dan keramaslah meskipun kau tidak dalam
keadaan junub dan pakailah wewangian…" Perbedaan wewangian
antara ikhwan dan akhwat ada, yaitu: Dari Abu Hurairah r.a., dia
berkata: Parfum pria adalah yang tercium aromanya dan tidak
tampak warnanya dan parfum wanita adalah yang tampak warnanya dan
tidak tercium aromanya." (H.R. Tirmidzi dan An-Nasa’i).
Ikhwan/akhwat hendaknya dapat menjaga penampilan diri dari bau
keringat yang tidak sedap.
Juga dalam hadits Bukhari dan Muslim
diterangkan kebersihan badan seseorang dengan menjaga lima perkara
yang termasuk fitrah, yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan,
mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis.
Untuk kebersihan pakaian, Imam Ahmad dan Nasai
meriwayatkan hadts dari Jabir r.a., ia berkata: "Rasulullah saw.
pernah mengunjungi aku. Ketika beliau melihat seorang laki-laki
lewat dengan pakaian lusuh dan kumal, beliau bertutur: Rupanya ia
tidak mempunyai sabun untuk mencuci pakaiannya itu." Pada hadits
ini, Rasulullah saw. tidak menyukai seseorang yang bertemu dan
berkumpul dengan orang lain memakai baju yang kotor dan lusuh selama
ia mampu mencuci dan membersihkannya.
Rasulullah saw. mengajarkan kita bahwa pakaian
seorang muslim harus selalu rapi dam bersih, sehingga penampilannya
sedap di pandang mata. Tentu saja, pakaian tersebut tidak perlu yang
selalu baru apalagi kebiasaan mengoleksi baju dengan jumlah
berlebih-lebihan, yang terpenting adalah rapi dan bersih, karena
pakaian yang menjadi rizki kita sesungguhnya apa-apa yang sampai
tidak dapat terpakai lagi oleh diri masing-masing.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut,
"Seandainya tidak memberatkan kepada umatku, pasti aku suruh mereka
untuk bersiwak setiap kali akan shalat." (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Memelihara kebersihan rambut, Rasulullah saw.
bersabda: "Barang siapa yang memiliki rambut, maka hendaklah ia
menghormatinya (memeliharanya)." (H.R. Abu Daud dan Abu Hurairah
r.a.). Menghormati rambut itu maksudnya membersihkan, menyisir,
memberi wewangian (minyak rambut), dan memeliharanya dengan baik.
Islam tidak menyukai orang yang membiarkan rambutnya
berantakan/acak-acakan, kotor, dan bau.
Merapikan Diri
Firman Allah swt.: "Katakanlah, siapakah
yang mengharamkan perhiasan Allah yang Dia keluarkan untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang
baik-baik?" (Q.S. Al A’raf : 32).
Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Qurthuby
berkata: "Imam Makhul meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia
bercerita: "Pernah sekelompok sahabat menunggu Rasulullah saw. di
depan pintu. Ketika beliau hendak keluar menemui mereka, beliau
bercermin di air yang ada di dalam bejana di dalam rumah. Setelah
beliau merapikan rambut dan jenggotnya, aku (Aisyah) berkata:
"Engkau lakukan ini, wahai Rasulullah?" "Ya, bila seseorang akan
menjumpai saudaranya hendaklah ia merapikan dirinya. Karena
sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan," jawab
Rasulullah saw."
Setiap orang perlu memelihara kerapian dirinya,
janganlah membiarkan diri dalam penampilan kusut dan kumal dengan
dalih ingin zuhud. Rasulullah saw. sendiri menganjurkan untuk
berpenampilan rapi, padahal beliau adalah orang yang paling tawadhu
dan zuhud.
Maka, selama memperapi diri itu tidak
berlebihan, Allah swt. menganjurkan, "Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang
baik-baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) untuk orang-orang
beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari
kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui." (Q.S. Al A’raf : 31-32).
Namun wanita muslimah tidak boleh tabaruj.
Allah swt. telah melarang tabaruj melalui Q.S. An-Nur : 60 dan
Q.S. Al Ahzab : 59. Menurut Ibnu Katsir, tabaruj berarti wanita
yang keluar rumah dan berjalan/memamerkan diri di hadapan laki-laki
(tabaruj jahiliah). Menurut Bukhari, tabaruj adalah tindakan seorang
wanita yang menampakkan kecantikannya kepada orang lain, dan menurut
Muqatil tabaruj adalah wanita yang melepaskan jilbabnya,
memperlihatkan kalung dan gelangnya.
Juga wanita muslimah yang benar selalu sadar
dan ingat pada konsep sikap tawazun (pertengahan/keseimbangan) dalam
segala hal, jangan sampai berdandan/merapikan diri berlebih-lebihan
atau mengukur penampilan diri berdasarkan kekayaan materi.
"Celakalah hamba dinar dan dirham dan hamba sutera dan beludru.
Jika ia diberi nikmat, ia senang dan bila tidak diberi ia benci."
(H.R. Bukhari).
Yang terakhir, agar penampilan ikhwan/akhwat
dapat cantik dan tampan perlu dilengkapi dengan terpeliharanya unsur
akal pikiran dengan ilmu. Memang, tidak semua orang punya kecerdasan
dan kesempatan yang sama. Tetapi, ikhwan/akhwat harus selalu mencari
dan meminta tambahan ilmu kepada Allah swt., sebagaimana diterangkan
dalam firman Allah swt., "…Dan Katakanlah, "Ya Rabbi,
tambahkanlah kepadaku ilmu." (Q.S. Thaha : 114). Dalam sebuah
hadits, Aisyah r.a berkomentar: "Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar. Mereka tidak malu-malu untuk bertanya dalam rangka tafaquh
fiddin (mendalami masalah agama)." (H.R. Bukhari Muslim).
Oleh karena itu, yang perlu tetap diusahakan
adalah memiliki kepedulian untuk selalu berusaha
menambah/memahami/mengamalkan ilmu Islam sedikit demi sedikit,
adanya proses mencari ilmu sampai akhir hayat, sebab hal tersebut
akan menjadi landasan berfikir dan beramal seseorang. Begitu pula
ilmu lainnya, kita pelajari sebagai sarana bertaqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah swt. Sehingga insya Allah, dengan terpadunya
unsur hati, jasad/fisik, dan ilmu pada diri ikhwan dan akhwat,
ketampanan dan kecantikan kita dapat membawa keselamatan dunia dan
akhirat. Wallahu A’lam Bishshawab.
Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya
di kuburku, cahaya di hadapanku, cahaya di belakangku, cahaya di
kananku, cahaya di kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku,
cahaya pada pendengaranku, cahaya pada penglihatanku, cahaya pada
rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada dagingku, cahaya pada
darahku, cahaya pada tulang-tulangku. Wahai Tuhanku, besarkanlah
bagiku cahaya dan berikanlah bagiku cahaya dan jadikanlah padaku
cahaya dan tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya,
tambahkanlah padaku cahaya.
Aamiin.
Sasa Esa Agustina