Khalifah
Harun ar-Rasyid, suatu hari berkunjung ke kota kecil Ar-Riqah, ratusan kilometer
dari Baghdad. Kebetulan pada hari itu juga, ke kota Ar-Riqah datang Abdullah Ibn
Al-Mubarak, seorang ulama yang terkenal sangat zuhud dan wara', serta berani
melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkar, tidak hanya kepada rakyat kebanyakan
tetapi juga kepada para penguasa.
Penduduk kota Ar-Riqah
berbondong-bondong menyambut Abdullah Ibn Al-Mubarak. Mereka beramai-ramai
meminta nasehat dan fatwa agama. Akibatnya kawasan istana tempat Harun Ar-Rasyid
menginap menjadi sunyi sepi. Maka khalifah bertanya kepada seorang pengawalnya.
"Ke mana orang-orang Ar-Riqah pergi?"
"Mereka berkumpul di Masjid Jami," jawab pengawal.
"Ada apa di sana?"
"Seorang alim dari Khurasan, yaitu Abdullah Ibn Al-Mubarak sedang memberikan siraman rohani."
Merasa penasaran, Harun Ar-Rasyid segera pergi ke Masjid Jami. Ia melihat sendiri betapa orang-orang berdesakan namun tertib, di hadapan seorang tua berwajah teduh dan mulia yang dari mulutnya keluar untaian mutiara hikmah.
Harun Ar-Rasyid tunduk tafakur, sambil bergumam, "Demi Allah orang itulah sebetulnya raja sejati. Rakyat mendatangi mereka secara ikhlas. Tidak seperti kepada Harun; mereka datang karena mengharapkan suatu keuntungan materil."
sumber : pesantrenonline.com