Laman

Rabu, 14 Desember 2011

Kisah Seekor Tikus



Di suatu rumah di ladang pertanian hiduplah pasangan suami isteri petani. Suatu hari seekor tikus mengintip dibalik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Ada makanan pikirnya? Dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus!

Sang Tikus lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan kepada teman-temannya; "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!"




Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku, Mas Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan perbesar masalah ini."



Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing, katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!" "Wah, aku menyesal dengar kabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "tetapi tak ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doa-doaku!"

Tikus kemudian berbelok menuju kandang sang Sapi. " Oh? sebuah perangkap tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata sapi itu sambil tertawa tanpa memperdulikan peringatan sang Tikus.

Tikus itu kembali ke rumah, kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kecewa dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.  teman-teman yang diharapkan  mampu menolongnya ternyata meninggalkannya menghadapi masalah ini.

Malam itu juga terdengar suara keras di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berhasil menangkap mangsanya. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahawa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit.

Isterinya kembali ke rumah dengan kondisi demam. Sudah menjadi kebiasaan jika orang yang demam panas memakan sup ayam segar, jadi petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah dia ke belakang mencari bahan bahan untuk supnya itu. Ayam pun disembelih untuk dimasak menjadi sup ayam yang lezat.

Penyakit isterinya masih belum juga sembuh sehingga teman-teman dan tetangganya datang menjenguk, dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itupun menyembelih kambingnya untuk memberi makan para tamu itu.

Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Akhirnya dia meninggal dunia, jadi makin banyak lagi orang-orang yang datang untuk melayat ke pemakamannya sehingga petani itu terpaksa menyembelih sapi satu-satunya agar dapat memberi makan para pelayat itu.


Sang Tikus pun akhirnya selamat dari perangkap tikus.


Moral kisah ini:


Apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu pikir itu tidak ada kaitan dengan anda, ingatlah bahwa apabila ada 'perangkap tikus' di dalam rumah, seluruh 'ladang pertanian' ikut menanggung risikonya. Jika sahabat kita memerlukan pertolongan, tolonglah walaupun tidak ada kaitannya dengan dirimu, mungkin suatu saat nanti jika kamu sendiri butuh pertolongan maka sahabatmu-lah yang pertama kali datang menolongmu dengan sepenuh hati tanpa mengharap imbalan apapun.




Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikannya.  Kisah tikus ini kerap terjadi di sekeliling kita, rasa empati dan peduli kita terhadap sesama bahkan saudara sendiri terkadang telah mengeras dan mati. Di saat teman butuh bantuan, kita cuek, saat mereka terkena musibah pun bahkan kita sekalipun tidak mendoakannya. Kita terlalu 'sibuk' dengan urusan-urusan kita. Bukannya kita ini bersaudara dalam keimanan??

sumber :myquran.com dengan perubahan