"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu…." (Al-Hujurat: 10)
"Dan kami lenyapkan segala rasa
dendam yang berada di dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk
berhadap-hadapan di atas dipan-dipan."(Al-Hijr: 47).
Berapa banyak
kehidupan yang berubah menjadi keras ketika ikatan persaudaraan telah pupus,
ketika sumber-sumber kecintaan karena Allah telah kering, ketika individualisme
telah menggeser nilai-nilai persaudaraan, saat itu setiap individu berada dalam
kehidupan yang sulit, merasa terpisah menyendiri dari
masyarakatnya.
Kebanyakan manusia pada umumnya, perilaku mereka telah
tercemari oleh hal-hal yang dapat merusak persaudaraan, yang terkadang mereka
menyadari hal tersebut, dan terkadang tidak menyadarinya. Oleh sebab itu, kami
akan mencoba memaparkan beberapa hal yang dapat merusak persahabatan dan
persaudaraan. Sebelumnya, akan kami kemukakan terlebih dahulu beberapa hadis dan
perkataan para ulama' salaf mengenai hubungan persaudaraan.
Dalam sebuah
hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah
di hari tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah menyebutkan salah satu
di antaranya adalah, "Dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena
Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya."(HR Bukhari dan Muslim). Dan di
dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, "Orang-orang yang saling mencintai
karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku…."(HR Malik dan Ahmad).
Muhammad bin
Munkadir ketika ditanya tentang kenikmatannya dalam kehidupan ini, beliau
menjawab, "Ketika bertemu dengan saudara-saudara (sahabat-sahabat), dan
membahagiakan mereka."
Al-Hasan berkata, "Kami lebih mencintai
sahabat-sahabat kami dari pada keluarga kami, karena sahabat-sahabat kami
mengingatkan kami akan kehidupan akherat, sedangkan keluarga kami mengingatkan
kami akan kehidupan dunia."
Khalid bin Shafwan berkata, "Orang yang
lemah adalah yang sedikit menjalin persaudaraan."
Perhatikanlah beberapa
perkataan di atas, baik dari ayat-ayat Allah, hadis, maupun perkataan para
ulama, kemudian lihatlah pada kenyataan tentu akan menunjukkan kebenarannya.
Siapakah yang menolongmu untuk mampu tetap teguh memegangi hidayah? Siapakah
yang meneguhkan kamu untuk tetap istiqamah? Siapakah yang menemani kamu ketika
dirundung bencana dan malapetaka? Karena itu Umar pernah berkata, "Bertemu
dengan para ikhwan bisa menghilangkan kegalauan dan kesedihan hati."
Jika demikian, bagaimana mungkin seorang yang berakal akan
mengesampingkan ukhuwah dan lebih memilih kehidupan yang kacau dan carut marut.
Hal-hal yang dapat merusak ukhuwah, di antaranya adalah :
1.
Tamak dan rakus terhadap dunia, terhadap apa-apa yang dimiliki orang lain.
Rasulullah saw. Bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia, Allah akan mencintai
kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, mereka akan mencintai
kamu."(HR Ibnu Majah).
Jika kamu tertimpa musibah, mintalah musyawarah
kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau butuhkan. Sebab jika saudara
atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk hatinya untuk menolongmu,
tanpa harus meminta atau meneteskan air mata.
2. Maksiat dan meremehkan
ketaatan.
Jika di dalam pergaulan tidak ada nuansa dzikir dan ibadah,
saling menasehati, mengingatkan dan memberi pelajaran, berarti pergaulan atau
ikatan persahabatan itu telah gersang disebabkan oleh kerasnya hati dan hal itu
bisa mengakibatkan terbukannya pintu-pintu kejahatan sehingga masing-masing akan
saling menyibukkan diri dengan urusan yang lain. Padahal Rasulullah saw.
Bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak
mendzoliminya dan tidak menghinakannya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di
tangan-Nya, Tidaklah dua orang yang saling mengasihi, kemudian dipisahkan antara
keduanya kecuali hanya karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari
keduanya."(HR Ahmad).
Ibnu Qayim, dalam kitab "Al-Jawabul Kafi"
mengatakan, "Di antara akibat dari perbuatan maksiyat adalah rasa gelisah (takut
dan sedih) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiyat itu untuk bertemu dengan
saudara-saudaranya."
Orang-orang ahli maksiyat dan kemungkaran,
pergaulan dan persahabatan mereka tidak dibangun atas dasar ketakwaan melainkan
atas dasar materi sehingga akan dengan mudah berubah menjadi permusuhan. Bahkan
hal itu nanti akan menjadi beban di hari kiamat. Allah swt. Berfirman,
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang
lain kecuali orang-orang yang bertakwa."(Az-Zukhruf: 67). Sedangkan persahabatan
karena Allah, akan terus berlanjut sampai di surga, "…sedang mereka merasa
bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan."(Al-Hijr: 47).
3.
Tidak menggunakan adab yang baik (syar'i) ketika berbicara.
Ketika
berbicara dengan saudara atau kawan, hendaknya seseorang memilih perkataan yang
paling baik. Allah berfirman, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, 'hendaklah
mereka mengucapkan kata-kata yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia'."(Al-Isra: 53).
Dalam sebuah hadis Nabi saw.
Bersabda, "Kalimah thayibah adalah shadaqah."(HR Bukhari).
4. Tidak
memperhatikan apabila ada yang mengajak berbicara dan memalingkan muka darinya.
Seorang ulama salaf berkata, "Ada seseorang yang menyampaikan hadis
sedangkan aku sudah mengetahui hal itu sebelum ia dilahirkan oleh ibunya. Akan
tetapi, akhlak yang baik membawaku untuk tetap mendengarkannya hingga ia selesai
berbicara."
5. Banyak bercanda dan bersenda gurau.
Berapa banyak
orang yang putus hubungan satu sama lainnya hanya disebabkan oleh canda dan
senda gurau.
6. Banyak berdebat dan berbantah-bantahan.
Terkadang hubungan persaudaraan terputus karena terjadinya perdebatan
yang sengit yang bisa jadi itu adalah tipuan setan. Dengan alasan mempertahankan
akidah dan prinsipnya padahal sesungguhnya adalah mempertahankan dirinya dan
kesombongannya. Rasulullah saw. Bersabda, "Orang yang paling dibenci di sisi
Allah adalah yang keras dan besar permusuhannya."(HR Bukhari dan Muslim). Orang
yang banyak permusuhannya adalah yang suka menggelar perdebatan, adu argumen dan
pendapat.
Tetapi debat dengan cara yang baik untuk menerangkan kebenaran
kepada orang yang bodoh, dan kepada ahli bidah, hal itu tidak masalah. Tetapi,
jika sudah melampaui batas, maka hal itu tidak diperbolehkan. Bahkan jika
perdebatan itu dilakukan untuk menunjukkan kehebatan diri, hal itu malah menjadi
bukti akan lemahnya iman dan sedikitnya pengetahuan.
Jadi, bisa saja
dengan perdebatan ini, tali ukhuwah akan terurai dan hilang. Sebab masing-masing
merasa lebih lebih kuat hujjahnya dibanding yang lain.
7. Berbisik-bisik
(pembicaraan rahasia)
Berbisik-bisik adalah merupakan hal yang sepele
tetapi mempunyai pengaruh yang dalam bagi orang yang berfikiran ingin membina
ikatan persaudaraan.
Allah swt. Berfirman, "Sesungguhnya pembicaraan
rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman berduka
cita…."(Al-Mujadalah: 10).
Rasulullah bersabda, "Jika kalian bertiga,
maka janganlah dua orang di antaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang
ketiga karena itu akan bisa menyebabkannya bersedih."(HR Bukhari dan Muslim).
Para ulama berkata, "Setan akan membisikkan kepadanya dan berkata,
'Mereka itu membicarakanmu'." Maka dari itu para ulama mensyaratkan agar meminta
idzin terlebih dahulu jika ingin berbisik-bisik (berbicara rahasia).
sumber : diadaptasi dari tulisan berjudul Hal-hal yang Merusak
Ukhuwah karya Syaikh Saad Al-Ghinaam.