Kekuasaan atau jabatan apapun yang kita sandang adalah amanah Allah yang tak
bisa kita telantarkan begitu saja. Kadang, sangking besar atau tingginya jabatan
kita lupa makna dan hakekatnya. Sehingga kita terkadang bertindak
sewenang-wenang, bahkan di luar kewajaran. Tak jarang kita menganggap bawahan
kita sebagai 'orang lain', bukannya sebagai partner sejajar yang diharus dihamba
Allah-kan juga. Atau bahkan kita menganggapnya lebih rendah. Sungguh celaka bila
kita merasa lebih tinggi atau hebat dengan bawahan kita, kalau hanya jabatan
kita lebih tinggi.
Kita harus ingat, serendah apapun jabatan bawahan
kita, mereka adalah hamba-hamaba Allah. Jangan-jangan mereka lebih dari pada
kita dihadapan Allah. Karena barang kali dalam bekerja mereka lebih ikhlas
dibanding kita, lebih jujur dalam mengambil kebijakan. Atau bahkan mereka para
bawahan kita itu lebih sederhana hidupnya.
Rasulullah Saw. sendiri dalam
kesehariannya, kendati memiliki kedudukan yang agung tak tertandingi -sebagai
Nabi dan Rasul-Nya- tak menjadikan sahabatnya atau siapapun, bahkan musuhnya
sebagai orang yang lebih rendah. Beliau tahu, bahwa kemuliaan seseorang itu pada
nilai taqwanya. Bukan pada atribut duniawi; pangkat, jabatan, prestise atau
apaun lainnya.
Nabi Muhammad Saw tak pernah membedakan Bilal (sahabat
Nabi dari kalangan budak) dengan Abu Bakar al-Shidiq (sahabat Nabi dari kalangan
pembesar suku). Tak aneh jika dalam sebuah kesempatan beliau menasehati agar
kita dalam melihat sesuatu itu pada nilai taqwanya. Bukan pada bentuk luar atau
atribut sosial yang menempel pada diri kita.
"Tidaklah seseorang
memiliki kelebihan atas orang lain kecuali dengan din (nilai agamanya) dan
ketaqwaan. Semua manusia adalah anak cucu Adam. Dan Adam itu diciptakan dari
tanah. tidak ada keutamaan bagi bangsa Arab atasd orang non-Arab, tidak ada
keutamaan bagi orang non-Arab atas orang Arab, orang berkulit putih atas orang
kulit hitam, dan oarang berkulit hitam atas orang kulit putih kecuali dengan
taqwa". Demikian pesan Nabi Saw itu ditulis Imam Ahmad dalam Musnadnya.
Karena itu, sebaiknya kita lebih berhati-hati dengan pangkat, jabatan
dan apa saja yang melekat pada kita. Boleh jadi tanpa kita sadari semua
(pangkat, jabatan, gelar, dll) itu membuat kita terhina dihadapan Allah Sang
Pemilik Segalanya.
Dalam Al-Qur'an, Allah Swt juga mengingatkan kita
agar tidak terjebak pada simbol-simbol dunia. Sebab dunia beserta
simbol-simbolnya hanyalah peramainan dan lelucon saja. Jadi tak perlu dimasukkan
dalam hati. "Sesunggguhnya kehidupan dunia adalah permainan dan
senda-gurau,"seru Allah dalam surat Muhammad.
Selanjutnya, terhadap
atribut duniawi itu, pertanggungjawabnnya tidak saja selesai di dunia. Karena
kalau di dunia bisa dimanipulasi, bisa aas (asal atasan senang).
Pertanggungjawaban itu akan diminta lagi oleh Allah di akherat kelak. Tentu
tebih berat lagi bagi mereka yang sering mengatasnamakan wakil rakyat dan demi
kepentingan rakyat!
sumber : eramuslim