Laman

Rabu, 28 Desember 2011

Yang Muda Yang Beragama



“Muda foya-foya
Tua kaya raya
Mati masuk surga”

Mungkin jargon itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Entah dari mana dan sejak kapan tepatnya kemunculan yel-yel tak masuk akal ini nampaknya seperti sebuah misteri. Tak ada seorang pun mengetahuinya. Namun fokus kita bukan di sini. Yang patut kita soroti ialah mengapa “sebagian” (atau mungkin “kebanyakan”?) dari pemuda di era yang katanya modern ini dengan bangganya menjadi penganut jargon ini? Bukankah prinsip dasar “Siapa yang menanam, maka dialah yang akan menuai” sudah menjadi semacam hukum alam?

Kalau kita telaah lebih dalam lagi, salah satu faktor merebaknya paham tak sehat ini tak akan lepas dari peran media. Bukankah saat ini era globalisasi? Di mana dalam waktu sekian detik kita sudah bisa mengetahui segala kejadian yang berlangsung di belahan dunia lain. Semua makhluk bernama manusia di muka bumi ini sudah seperti tinggal di satu global village. Batas ruang dan waktu tak menjadi soal asalkan punya modal. Konsekuensinya, arus lalu lintas paham, prinsip, atau keyakinan semakin deras tiap saat. Termasuk dalam hal ini ialah ‘melodi’ kaum pemalas yang dikutip di atas.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan seseorang di masa transisi sebelum benar-benar menjadi dewasa ini? Mungkin akan beragam jawaban terlontar dari para pemuda jika kita tanyakan hal ini. Namun, di sini penulis hanya akan menjawab ini dengan mengutip pernyataan Imam Syafi’i rahimahullah, “Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertaqwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)”
Berat sekali, ya? Sebenarnya tidak juga. Itu tergantung bagaimana kita memandang dan meyikapinya. Bukankah Allah SWT tidak akan memberi beban melebihi kemampuan hamba-Nya seperti termaktub di QS Al-Baqarah: 286?

Berakit-rakit Dahulu
Jarang sekali kita menemukan kasus kesuksesan yang berawal dari kemalasan dan keengganan membuat langkah-langkah kecil menuju apa yang kita inginkan. Dan tentu saja kita tidak bisa terlalu berharap dari sekian persen kasus itu terjadi pada diri kita. Artinya, mau tidak mau memang kita harus jadikan “Berakit-rakit dahulu, berenang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Menjalankan rutinitas ibadah, mencari ilmu, berdakwah, dan segala macam kebaikan lainnya tentu akan terasa berat bagi sebagian orang. Namun, perlu kita catat bahwa ketika diri ini selalu merasa berat untuk melaksanakan itu semua, kita harus waspada. Allah SWT telah berfirman, “…Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (QS Al-Baqarah: 45). Kita juga sudah mengetahui bahwa sejatinya dunia adalah masa bercocok tanam sebelum kita berpanen raya di akhirat kelak. Imam Ahmad rahimahullah pun pernah menyatakan bahwa masa istirahatnya seorang mukmin ialah di surga Allah SWT nanti. Masih pantaskah kita terlena dan berleha-leha di alam fana ini jika kita mengaku sebagai seorang mukmin?

Get a “VVIP Ticket”!
Kalau ada konser atau pertunjukan popular lain, biasanya calon penonton akan mati-matian berjuang memperoleh tiket VIP, bahkan VVIP jika memang ada. Dan ketahuilah wahai generasi muda Islam, Allah SWT pun sudah menjanjikan hal serupa melalui sabda Nabi-Nya; “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (HR Bukhari)
So, what are you waiting for?Kalau ada tiket VVIP untuk masuk surga seperti ini, akankah kita sia-siakan?

Mau Dapat Kebaikan?
Doa pamungkas tiap muslim umumnya ialah agar selamat dan bahagia dunia plus akhirat. Intinya, kebaikan selalu meliputi kita, itulah yang mungkin menjadi impian tertinggi seorang muslim. Nah, coba simak sabda Rasulullah SAW berikut:
Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR. Bukhari)
Kalau menurut penulis, salah satu alasan pemahaman agama bisa menghantarkan kita menjadi bahagia, sukses, dan diliputi kebaikan ialah karena agama ialah inti dari kebahagiaan itu sendiri. Apapun kedudukan sosial kita, dengan bekal pemahaman agama segala sesuatu akan terasa nikmat. Pahit di permukaan seketika berubah menjadi madu kualitas wahid. Selain itu, ketika kita menjadi “orang besar” pun, ilmu agama akan menjaga kita tetap berpijak di jalan yang benar.

Lalu..?
Setelah mengetahui masa muda itu adalah masa keemasan, maka sudah selayaknya kita segera bangkit untuk memperbaiki diri. Bukan saatnya kita bersenang-senang, menghambur-hamburkan harta, dan menyia-yiakan umur produktif kita di saat muda. Ketika saat ini kita masih belum peduli tentang kapasitas keilmuan agama kita, maka tak ada lagi alasan untuk tetap jalan. Sedangkan apabila kita sudah mulai membenahi agenda untuk memasukkan jadwal mengkaji Islam, maka istiqamah adalah langkah selanjutnya yang harus kita ambil. Hiraukan saja apabila ada yang mengatakan bahwa mendekat kepada-Nya hanyalah untuk orang yang sudah “bau tanah” atau nanti saja ketika sudah tua. Ingatlah bahwa kita tidak tahu kapan malaikat Zabaniyyah menjemput kita.